Pagi itu Laras tengah bersiap, Aldi telah menjemputnya. Hari itu Laras mengenakan rok hitam selutut dengan blus berwarna biru muda berlengan pendek, pada sisi kanan dan kiri rambutnya sebagian dikepang dan diikat ke belakang sementara sisanya dibiarkan tergerai. Poni yang sudah menutupi alis matanya dan telah menjadi ciri khasnya dia rapikan.
Laras turun dengan menggunakan high heels. Aldi tersenyum menyambutnya. Ia bergumam, bahwa Laras lebih tinggi darinya. Gadis itu tersenyum, Aldi memang sedikit tidak menyukai jika dia menggunakan high heels karena itu akan membuatnya lebih tinggi dari lelaki itu.
Ia mengatakan sedikit kesulitan mencium Laras jika gadis itu lebih tinggi darinya. Laras tertawa. Saat mereka tiba di kantor, Aldi tetap menggenggam tangannya, sebagian karyawan yang telah mengenal Laras mengangguk dan memberi hormat.
Laras masuk ke ruangan. Dia menemani lelaki yang tampak mengerjakan pekerjaan yang tersisa di hari-hari terakhirnya. Aldi mengatakan akan mengumpulkan data sebagai bahan evaluasi selama di Amerika.
Laras berkata, apakah itu tidak akan mengganggu kuliahnya nanti, Aldi mengatakan, justru hal ini yang akan membantu semangatnya dalam kuliah karena jika tidak ada kegiatan, Aldi merasa sangat tersiksa. Apalagi Laras jauh darinya.
Maka satu-satunya cara adalah mencari kesibukan. Laras menunggunya sambil memainkan ponsel. Saat dirinya mengatakan ingin turun ke bawah, Aldi melarangnya. Dia mengatakan agar tidak jauh-jauh darinya. Aldi minta ditemani.
Akhirnya Laras mengalah. Dia menuruti apa yang menjadi keinginan lelaki itu kendati rasa jenuh mulai menghampiri. Dia sibuk membuka media online di ponselnya. Membaca berita yang tengah viral saat itu.
Sesekali Laras melihat Aldi yang sangat serius pada laptopnya. Alisnya acapkali berkerut, namun terkadang dia tersenyum. Sungguh menggelikan, kata Laras dalam hati. Apakah dunia kerja bisa membuatnya demikian? Entahlah, dia belum pernah terjun ke dunia itu. Yang dia tahu, catwalk lebih mudah dibandingkan dengan dunia kerja.
Saat tugasnya selesai atau turun panggung, bayaran segera cair, berbeda dengan orang kantoran yang menunggu bayaran di akhir bulan. Namun semua itu pilihan masing-masing. Saat pukul sebelas siang, Kareena masuk ke ruangan itu. Dia mengingatkan bahwa seluruh karyawan telah siap. Aldi mengucapkan terima kasih.
Aldi bersiap. Dia ke luar ruang itu diiringi Laras. Sebelum pergi ia memberi sambutan ke seluruh karyawannya. Dia mengatakan akan melanjutkan kuliah S2 di Amerika karena telah diterima di Harvard University.
Jika tidak ada halangan, ia akan menuntut ilmu selama empat tahun. Selama itu pula dirinya berharap seluruh karyawan bekerja dengan sebaiknya walau tidak ada dirinya. Jika memungkinkan, dirinya akan berkunjung ke Indonesia.
Salah satu karyawan mewakili semua mengatakan akan menjalankan amanah yang telah dipercayakan pada mereka. Ia mengatakan agar Aldi fokus pada kuliahnya. Mereka akan bekerja dengan setulus hati. Jiwa mereka ada di perusahaan itu. Aldi terharu mendengarnya. Laras yang berdiri di sampingnya turut bahagia.
Dia bangga memiliki Aldi, pemimpin yang bijaksana dan sayang pada seluruh karyawannya. Setengah jam berlalu, mereka segera turun. Di bawah, puluhan bus telah terparkir. Sebagian memenuhi badan jalan.
Mereka naik dengan tertib, beberapa direktur dan para manajer menggunakan kendaraan masing-masing, Aldi dan Laras tetap menggunakan mobilnya. Ini dikarenakan sehabis makan siang, lelaki itu tidak ke kantor lagi.
Aston Martin itu berjalan paling depan diikuti jajaran mobil para direksi dibelakangnya baru setelah itu rombongan bus menyusul. Hari itu Aldi membooking restoran untuk seluruh karyawannya. Area yang dipilih adalah kota Bogor.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYNALDI, The Man Who Will Fight For My Honor
Romance[🔥WARNING 21+] Dia sangat mencintai istrinya. Cinta yang tulus dan murni seluas samudra. Tapi, ketika istrinya mengkhianati masihkah ada kata maaf darinya? Ujian cinta baru mereka hadapi setelah menikah. Akankah mereka bisa melalui segala prahara d...