8

211 57 2
                                    

Dua hari kemudian, Laras tengah bersiap. Hari itu, dia akan mengantar Aldi untuk buka jahitan. Dirinya mengenakan rok selutut berwarna hitam dengan kaus ketat lengan pendek berwarna abu-abu tua.

Sopir keluarga Aldi tengah menunggunya. Aldi yang meminta untuk dijemput oleh sopir keluarganya karena dia tidak ingin merepotkan Laras. Gadis itu segera naik ke Toyota Vellfire berwarna putih.

Setelah empat puluh lima menit, mereka tiba di rumah keluarga Theodore. Victoria dan Theodore menyambut kedatangannya sementara Aldi masih bersiap dikamarnya.

Laras tampak berbincang dengan kedua orangtua lelaki itu. Senda gurau serta gelak tawa menghiasi percakapan itu. Tak lama, Aldi turun dan menuju tempat mereka berkumpul. Dia mencium pipi Laras saat bertemu.

Mereka segera bersiap. Dua mobil telah siap di depan pintu utama. Victoria dan Theodore naik ke mobil lebih dulu bersama Mbok Marni. Sementara Laras dan Aldi naik di mobil kedua dengan Dommy. Mereka segera berlalu menuju rumah sakit di kawasan selatan Jakarta.

Setelah tiba, Aldi dibantu turun dari mobil dengan menggunakan kursi roda. Setelah berbincang sejenak di ruang dokter mereka menuju ruang operasi guna membuka jahitan.

Dokter yang memeriksa kondisi luka sayatan itu mengatakan luka Aldi mengalami banyak kemajuan. Saat menuju ruang operasi, Aldi memegang tangan Laras seakan meminta kekuatan.

Gadis itu menenangkannya. Victoria turut membantu Laras memberinya ketenangan. Dalam operasi kali ini, Aldi tidak dibius total, melainkan hanya area perut saja. Sekitar pukul sepuluh, operasi dimulai. Hatinya tak berhenti berdoa.

Victoria menggenggam tangannya. Dia tahu, kekasih anaknya ini merasakan kecemasan. Sekitar satu jam berselang, operasi selesai. Dokter ke luar ruang operasi dan langsung disambut keluarga Theodore.

Mereka menanyakan bagaimana keadaan Aldi. Dokter mengatakan telah berhasil membuka bekas jahitan itu dan sekarang hanya menjalankan tahap penyembuhan. Kedua orangtua itu merasa lega, terlebih lagi Laras. Dia tersenyum bahagia. Ingin rasanya saat ini masuk ke dalam sana.

Dokter mengatakan, bisa mengunjunginya beberapa saat lagi, tunggu suster membersihkan semuanya. Sekitar pukul dua belas mereka diizinkan masuk. Aldi sudah pindah ruangan. Pertama kali yang masuk adalah Victoria dan Theodore, lalu Mbok Marni, Dommy dan Laras.

Victoria mencium kening Aldi. Sementara Laras hanya menggenggam tangannya sembari tak lepas menatapnya. Tatapannya seakan memberi kekuatan untuknya. Mata Aldi tak lepas dari tatapan Laras. Gadis itu mengelus lembut tangan itu, Aldi merespon dengan meremas tangannya.

Dia seakan merasa kerinduan yang amat sangat pada gadis itu. Mereka dapat melihat luka jahitan itu telah di buka. Bekas sayatan operasi sepanjang lima belas sentimeter tampak jelas di perut sebelah kiri.

Dommy menggoda perutnya yang sixpack seakan ternoda oleh luka tersebut. Aldi tertawa dan mengatakan tidak masalah asalkan dia bisa melindungi gadis yang sangat disayanginya itu sambil melihat ke arah Laras.

Gadis itu tertunduk, ada perasaan bangga campur haru dan sedih dalam dirinya. Walau bagaimanapun, Aldi terluka karena melindungi dirinya. Dalam hati, dia berusaha untuk tidak mengecewakan lelaki itu. Saat makan siang,

Laras membantu Aldi untuk makan. Dommy ke luar sebentar. Victoria memperhatikan Laras yang sedang menyuapi Aldi dengan penuh kasih sayang. Dia merasakan kedua anak muda yang berada dihadapannya memiliki cinta yang kuat.

Tanpa sadar Theodore memegang tangan Victoria, mereka bahagia, kini Aldi menemukan gadis yang benar-benar dia sayangi dan menyayanginya.

***

Saat selesai makan siang itulah, hal yang tidak terduga terjadi. Catherine tiba-tiba masuk ke ruangan itu. Mereka semua terkejut. Setelah sebelumnya dia mencium Victoria kemudian mencium Aldi tanpa memandang Laras.

Catherine tahu bahwa Laras kekasih Aldi, namun dia tidak peduli. Laras hanya dilirik sesaat.

"Rey, bagaimana keadaanmu? Kenapa kau bisa sampai begini? Aku membaca beritamu melalui media cetak. Siapa yang tega menusukmu?" tanya Catherine.

Aldi tampak tidak senang setelah Catherine berhasil mencium pipinya. Sebenarnya dia berusaha menolak, namun karena keterbatasan ruang gerak kondisinya saat itu tidak memungkinkan hingga dia tidak bisa menolak.

Dia masih memandang Laras, dia tahu gadis itu marah hingga mukanya terlihat merah. Dia menggenggam tangan Laras seakan memberinya pengertian.

"Apa-apaan kau Catherine, kau tidak memandang Laras, huh?" kata Aldi akhirnya setelah dia berhasil dicium wanita itu. Catherine tidak peduli, hingga hanya Aldi yang dipandangnya.

Setelah tidak mendapat jawaban, Catherine beralih menanyakan ke Theodore. Lelaki itu masih memandang gadis yang gagal menjadi menantunya. Dengan sabar dia menjelaskan awal kejadian itu.

Dengan nada sinis dia berkata, "Jadi kau terluka karena melindungi wanita ini?"

"Jaga bicaramu Catherine," kata Aldi memberi peringatan. Suaranya meninggi tampak tidak senang. "Kau tidak akan seperti ini jika tidak berkelahi dengan berandal itu!!

"Lihatlah dirimu sekarang, apa yang kau dapat?"

"Asal kau tahu, matipun aku rela demi Laras," Aldi memberi penjelasan. Catherine seperti disambar petir mendengar jawaban itu, dia tidak menyangka, laki-laki itu telah berubah. Dari yang dulu sangat mencintainya, kini berbalik menjadi memusuhinya.

"Kau keterlaluan Rey...!!" Akhirnya dengan menahan malu dan amarah, dia ke luar ruangan itu dengan setengah berlari.

Mata Laras berkaca-kaca mendengar pernyataan Aldi, lelaki itu semakin meremas tangannya, gadis itu membalasnya.

"Laras, maafkan kejadian tadi," katanya kemudian.

"Tidak apa-apa Al," ujarnya lirih. Menjelang sore hari Aldi diperbolehkan meninggalkan rumah sakit setelah berkonsultasi dengan dokter. Dia tidak ingin berlama-lama di rumah sakit.

Kursi roda yang membawanya didorong oleh Laras hingga mobil yang menanti mereka ke luar rumah sakit. Dalam perjalanan pulang, Aldi tidak henti-hentinya menjelaskan agar tidak perlu memikirkan kejadian tadi.

Dia memahami mengapa Catherine bersikap demikian. "Mungkin dia masih mencintaimu Al," kata Laras sambil meliriknya.

Mendapat perkataan demikian, ingin rasanya lelaki itu memeluk gadisnya, namun terhalang oleh kursi yang didudukinya. "Aku sudah tidak mencintainya lagi," katanya kemudian.

"Iya Mbak, Mas Rey sudah tidak mencintai Mbak Catherine, cintanya hanya untuk Mbak Laras," kata Dommy ikut-ikutan membela Aldi.

"Kau dengar sendiri? Dommy saja tahu," kata Aldi. Laras tersenyum seraya menganggguk. Baginya, yang dia percaya hanya lelaki yang ada disampingnya. 

***
Lembayung Senja
12 September 2020

REYNALDI, The Man Who Will Fight For My HonorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang