3.

306 103 19
                                    

Sekitar pukul sembilan pagi gadis itu terbangun dari tidurnya. Badannya terasa segar. Laras masih bermalas-malasan di tempat tidur. Hari itu jadwalnya pergi ke Lombok. Dia masih bertahan di tempat tidurnya.

Getar ponsel mengalihkan perhatiannya. Dia melihat Demi menghubunginya. Sesaat mereka berbincang mengenai rencana hari itu. Demi akan turut dengannya. Saat berbincang itulah, nada sela terdengar di ponsel Laras. Dia melihat sejenak, tampak Aldi yang menghubungi. Namun Laras mengacuhkan karena saat itu Demi tengah menghubunginya. 

Tercatat, dua kali Aldi menghubungi, Demi yang mengetahui ada nada sela, menanyakan siapa orangnya. Laras mengatakan Aldi. Demi tertawa, ia mengatakan mungkin Aldi merindukannya. Laras mengatakan bahwa semalam mereka baru saja bertemu. Demi mengatakan tidak ada batasan waktu bagi orang yang tengah jatuh cinta.

Akhirnya dia mengakhiri percakapan itu. Sebenarnya Demi melakukan hal itu karena ingin memberi kesempatan pada Aldi yang ingin berbicara pada Laras. Benar saja, saat Laras mengakhiri pembicaraan, telepon Aldi masuk. Ia bertanya siapa yang menelepon. Laras menjelaskan bahwa Demi yang menghubungi.

"Kau protektif sekali," akhirnya kata itu keluar dari mulutnya.

Lelaki itu tertawa, "Apa aku salah Sayang? Ini semua kulakukan karena tidak ingin kehilanganmu."

Laras terdiam, dia seakan mengerti bahwa Aldi pernah beberapa kali dikhianati, kenangan pahit seperti hal yang menyakitkan membuatnya melakukan hal ini.

"Sweetheart, still there?" kata Aldi.

Laras menjawabnya. Ia menceritakan bahwa saat ini baru saja bangun tidur. Aldi tertawa mendengar hal itu, dia maklum karena semalam mereka pulang larut malam. Aldi mengatakan akan menjemputnya pukul dua belas siang. Laras senang, dia mengatakan sebaiknya makan siang di rumahnya. Aldi setuju, dia senang mendapat tawaran itu.

Sekitar pukul sebelas Laras membersihkan diri. Gadis itu mengenakan celana jeans ketat berwarna biru dengan atasan berwarna abu-abu tanpa lengan. Tubuhnya yang menjulang tinggi semakin menambah cantik dirinya kala dia mengenakan syal kotak-kotak merah hitam yang dililitkan dilehernya guna menutupi kiss mark Aldi semalam. Sekitar pukul setengah dua belas Aldi tiba. Kerinduan yang membawanya tiba lebih cepat. Laras sendiri yang membuka pintu untuknya.

Aldi mencium pipi gadis itu seraya menyerahkan bunga mawar putih. Kendati telah menjadi kekasihnya, Aldi tidak pernah lupa mengirim bunga mawar putih untuknya. Laras menggenggam tangannya menuju meja makan. Mereka duduk berhadapan.

Hari itu mereka menyantap sayur sop dengan sosis sapi dan beserta perkedel kentang dengan tahu goreng yang di buat oleh Mbok Junti. Aldi memuji rasa masakan Mbok Junti yang enak. Laras tersenyum. Dia mengatakan akan belajar dari Mbok Junti.

Mereka berangkat menuju bandara sekitar pukul satu siang. Rumah Laras yang tidak begitu jauh dengan bandara membawa mereka tiba lebih cepat. Aldi turun dari mobil. Sopir membantunya, sementara Pak Joko membantu menurunkan koper Laras. Gadis itu mengambil trolley barang.

Pak Joko mengangkat koper berukuran sedang ke atasnya. Mereka pamit untuk memarkir kendaraan. Aldi berjalan mengiringi langkah gadis itu. Setelah check in, Aldi mengantarnya masuk ke dalam. Aldi diizinkan masuk hingga ke dalam ruang tunggu penumpang. Genggaman tangannya tidak sedikitpun dilepas. Beberapa pasang mata tampak memperhatikan mereka. 

Tinggi Laras hampir sama dengan Aldi. Kali ini dia tidak mengenakan high heels. Dia masih mengingat karena Aldi tidak begitu menyukainya. Laras hampir tertawa ketika dia menanyakan alasannya. Lelaki itu mengatakan bahwa dirinya sulit mencium dirinya jika tingginya melebihi lelaki itu. Sejak saat itulah, Laras mengurangi mengenakan high heels, bukan karena alasan tadi, namun untuk kesehatan kakinya.

Selama ini bertahun-tahun ia mengenakan heels terus menerus. Kini, tidak ada salahnya mengurangi. Laras duduk didampingi Aldi. Demi juga telah tiba. Berkali-kali dia berpesan pada Demi agar menjaga Laras. Demi yang mengerti Aldi sedang jatuh cinta, mengangguk berkali-kali.

Suami Demipun tampak tersenyum. Aldi juga menasehatinya agar tidak melupakan makan. Ini dikarenakan Laras memiliki penyakit maag dan asam lambung. Demi dan Tiffano tersenyum mendengar nasehat lelaki itu. Sekitar pukul setengah tiga sore, penumpang dipersilakan masuk ke dalam pesawat. 

Demi masuk lebih dulu bersama suaminya. Sementara Aldi menahannya. Tangannya semakin menggenggam erat gadis itu. Saat seluruh penumpang sudah masuk semua, Aldi menatap gadis itu dalam-dalam. Dia menangkup wajah gadis itu dengan kedua tangannya lalu melumat bibir Laras. Aldi mencium Laras dengan hangat. Ia semakin berhasrat saat Laras membalas ciumannya.

Keduanya berciuman bagai musafir menemukan oasis di padang pasir. Mereka tidak mempedulikan tatapan orang sekitar yang melihat live show adegan ciuman mereka. Laras membuka bibirnya dan lidah Aldi menyerbu ke dalam.

Keduanya saling mencecap sementara tangan Aldi menyusuri bokong Laras dan sedikit meremasnya. Saat Laras sudah tidak kuat lagi, gadis itu melepas ciumannya. Nafasnya tersengal. Beberapa orang tampak menelan ludah menyaksikan apa yang mereka lakukan.

Matanya berkaca-kaca, sejujurnya dia enggan berpisah dengan Aldi. Lelaki yang selama ini sangat menyayanginya. Namun semua itu harus dilakukan demi profesionalitasnya. Aldi memeluk gadis itu sebelum pergi. Dia mengelus punggung wanitanya berkali-kali.

Kemudian, dia melepasnya. Dengan berat hati Laras berjalan menuju pintu pesawat. Dia adalah penumpang terakhir yang masuk. Beberapa mata tampak masih memperhatikan mereka. Aldi mengucap kata, 'I love you' tanpa suara ke Laras yang menoleh padanya sebelum masuk ke dalam pesawat seraya melambaikan tangan. Laras membalasnya dengan kata, 'I love you too' tanpa suara sambil membalas lambaian tangannya.

Aldi memandang tubuh Laras sampai tidak terlihat lagi. Kemudian pintu pesawat tertutup. Lelaki itu naik ke atas balkon. Dia menatap pesawat yang membawa kekasihnya itu dengan tatapan hampa. Dia baru benar-benar pergi saat pesawat itu menghilang di balik awan. Sanggupkah dia bertahan selama satu minggu tanpa gadis itu? Dia melangkah gontai meninggalkan bandara. 

***
Lembayung Senja
21 Agustus 2020

REYNALDI, The Man Who Will Fight For My HonorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang