Pagi itu Aldi terbangun oleh sinar matahari yang menembus jendela kamar hotelnya. Sesaat dia mengerjapkan mata.
Dia melihat Laras tidak berada di sisinya. Aldi tersenyum, jika ada-dia akan mengajak Laras kembali mengarungi puncak kenikmatan yang semalam telah mereka lakukan berkali-kali.
Aldi bangkit dan menuju kamar mandi. Dia segera menyalakan shower air hangat. Udara kota Freiburg saat itu lumayan dingin. Dia menikmati air hangat yang menyentuh tubuhnya.
Rasanya segar sekali, tubuhnya kembali segar setelah tenaganya semalam terkuras habis saat mendaki puncak kenikmatan bersama Laras. Entah mengapa, dirinya seakan ketagihan jika bercinta dengan wanita itu.
Malam itu, setelah empat kali mereka melakukan dan sebelum benar-benar terlelap, Aldi mengajak Laras satu kali lagi untuk bercinta, Laras mengatakan bahwa dirinya sangat lelah, namun tidak dapat menolak.
Akhirnya ia hanya bisa pasrah ketika Aldi kembali berpacu di atas tubuhnya. Dia hanya bisa menikmati apa yang suaminya lakukan walau dengan tenaga yang tersisa. Aldi baru benar-benar terkapar setelah lima kali mereka bercinta.
Laras mengakui, tenaga lelaki itu benar-benar luar biasa. Mungkin karena terbiasa olahraga dan melakukan muay thai serta taekwondo membuat staminanya di luar dugaan.
Malam-malam yang mereka lalui selalu diisi dengan bercinta. Rasanya, hampir seluruh ruangan di kamar itu tidak ada yang tidak mereka lewati sebagai tempat untuk memadu kasih.
Pagi itu saat terbangun, Laras merasakan pusat dirinya sakit. Susah payah dia menyeret tubuhnya untuk bangun dan pergi ke kamar mandi. Dia melihat Aldi yang masih terlelap dengan wajah penuh kepuasan.
Aldi melihat Laras telah berada di kamar mereka kembali setelah dia selesai mandi. Harum tubuh wanita itu seketika membangkitkan kembali gairahnya. Terbayang, betapa panasnya percintaan mereka semalam.
"Pagi Sayang," sapanya pada Laras sambil mencium kening wanita itu.
"Pagi Aldi," katanya seraya tersenyum. "Dari mana saja kau?" katanya bertanya seraya membuka isi lemari pakaian. "Aku habis membuat cokelat panas," katanya menjelaskan.
Aldi tersenyum setelah mandi, dia dengan santainya membuka handuk yang menutupi setengah tubuhnya. Dalam sekejap, tubuh polosnya terlihat.
Lelaki itu tidak lagi merasa malu bertelanjang dihadapan Laras yang kini menjadi istrinya. Namun Laras harus bersusah payah untuk menahan gairah yang tercipta akibat pemandangan menakjubkan yang ada dihadapannya. Dalam hati Laras bertanya, apakah Aldi bermaksud menggodanya.
Karena tidak kuat, akhirnya dia berjalan menuju meja rias. Pura-pura melihat polesan wajahnya, kendati ekor matanya masih menangkap bayang tubuh memabukkan itu. Aldi berjalan menghampiri dirinya, sambil mencium rambutnya
"Mrs. Dmitriev..."
"Yes I am," kata Laras sambil menatap suaminya dari pantulan cermin. Aldi mengajak dirinya untuk sarapan. Dia berharap agar segera bergegas karena tidak akan menanggung akibatnya jika mereka lebih lama lagi berada di kamar itu.
Laras mengangguk. Kemudian, mereka meninggalkan kamar pengantin menuju restoran guna sarapan.
Pagi itu Laras mengenakan celana jeans ketat berwarna hitam dengan sweater berwarna pink, sementara Aldi mengenakan celana pendek selutut dengan kaus lengan panjang berwarna abu-abu gelap.
Mereka berjalan sambil bergandengan tangan, sesekali Aldi merangkul bahu istrinya. Hari itu, porsi sarapan mereka sedikit banyak. Entah karena tenaga mereka yang terkuras habis oleh pertempuran membara yang mereka lakukan semalam sehingga mereka membutuhkan asupan gizi serta porsi makan yang lebih.
Mereka sarapan sambil saling menatap seakan orang di sekitar tidak ada. Laras yang rambutnya masih setengah basah tampak begitu seksi. Rupanya rasa lapar begitu mendera. Laras ingat, terakhir kali mereka makan adalah kemarin sore. Jadi, dia maklum jika mereka sangat lapar.
"Kau membuatku ketagihan Sayang," puji Aldi pada istrinya.
Laras tersenyum. "Aku kewalahan melayanimu," katanya menggoda. Seketika Aldi melihat padanya. "Tapi kau suka kan?"
Laras tertunduk sambil mengangguk. Mereka sengaja menggunakan bahasa Indonesia guna meminimalisir arti percakapan mereka. Dengan begitu mereka bebas membicarakan apapun, termasuk hubungan mereka semalam.
***
Lembayung Senja
29 November 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
REYNALDI, The Man Who Will Fight For My Honor
Romansa[🔥WARNING 21+] Dia sangat mencintai istrinya. Cinta yang tulus dan murni seluas samudra. Tapi, ketika istrinya mengkhianati masihkah ada kata maaf darinya? Ujian cinta baru mereka hadapi setelah menikah. Akankah mereka bisa melalui segala prahara d...