42

128 9 0
                                    

Aldi meraih dagunya. Mau tidak mau pandangan mereka bertemu. "Percaya padaku Laras, aku berusaha melindungimu, di sini banyak agency bersifat curang, mereka tidak segan-segan menuntut modelnya jika mereka tidak dapat menjalankan pekerjaan seperti yang mereka inginkan.

Aku tidak ingin itu terjadi padamu. Aku sedikit lega melihat masa kontraknya yang hanya enam bulan. Jadi, tidak begitu memusingkan, namun harus tetap diwaspadai. Besok pengacaraku akan mendampingimu," kata Aldi panjang lebar.

Laras percaya apa yang dikatakan Aldi, walau bagaimanapun, pengalaman lelaki itu tinggal di luar negeri yang lebih lama darinya patut dipertimbangkan. Matanya berbinar saat tebakannya benar Aldi menghubungi seorang pengacara.

"Namanya Stephanie, dia seorang pengacara handal di kota ini. Dia minta soft copy surat kontrakmu, nanti aku akan scan dan mengirimnya via email, malam ini dia akan mempelajarinya, besok dia akan menghubungi dan menemanimu ke agency."

Laras terharu mendapati Aldi begitu peduli padanya, seketika dia memeluk tubuh atletis suaminya itu. "Terima kasih Sayang, aku tidak tahu jika kau tidak ada disisiku, terima kasih sudah mendukungku," kata Laras sambil memeluknya.

"Tapi kau harus ingat, kau tidak boleh mengabaikan aku, karena aku suamimu."

"Pasti Sayang, aku berusaha akan melayanimu dengan sebaiknya," kata Laras sambil mencium pipi Aldi. Sekejap, lelaki itu tersenyum mendengar kata 'melayani'.

"Jadi, aku ingin dilayani malam ini olehmu," katanya menggoda.

Laras tersenyum sambil mencubit perut kokoh Aldi. Lelaki itu merengkuh Laras ke dalam pelukannya, dia sangat menyayangi istrinya. Saat memeluk tubuh itulah dia tiba-tiba berdiri sambil terus memeluknya.

Tak lama, Aldi telah melumat semakin dalam bibir istrinya sambil melepas baju tidur Laras yang tampak menggoda, dia juga melepas kaus yang membungkus tubuhnya, tak lama tubuh keduanya terlihat polos. Laras merasa dirinya belum siap untuk bercinta, apalagi Aldi belum melakukan foreplay.

Seakan tahu jalan pikirannya, Aldi mendorong lembut tubuhnya ke sofa. Ia menatap penuh gairah netra cokelat Laras. Sekejap kepalanya sudah tenggelam di antara paha Laras. Wanita itu menjerit dan memejamkan mata, kenikmatan segera dia rasakan.

Lidah hangat Aldi menyapu pusat dirinya di bawah sana, bermain dengan liar sesekali mengisapnya. Di satu titik Laras menjepit lebih kuat kepala suaminya dan menjerit puas saat dirinya sudah tidak kuat lagi menahan semua.

"I like your taste baby," ucap Aldi. Ia mengisap seluruh cairan gairah istrinya dan tersenyum puas. Yang Aldi lakukan selanjutnya adalah tidak sesentipun tubuh mulus Laras luput dari ciumannya.

Ia menyesapi payudara ranum istrinya, meninggalkan tanda kepemilikan berwarna merah.

"Fuck, Ich liebe dich wirklich Laras," racau Aldi. Kemudian lelaki itu mengarahkannya agar bertumpu pada sandaran sofa.

Kedua tangan lelaki itu memegang erat bokong Laras. Secara perlahan Aldi memasukinya dari belakang. Laras melenguh, desahan wanita itu semakin membakar hasrat lelaki itu. Perlahan dia mendorong tubuhnya maju mundur, awalnya pelan, namun semakin lama semakin cepat dan cepat.

Jeritan Laras makin membuatnya gila, "Ahh... Aldi..." desah Laras seraya meremas lembut rambut hitam suaminya.

"You make me so damn hard, Laras..." ucap Aldi dengan sorot mata yang terbakar gairah. Aldi bergerak makin brutal.

"Fuck...!" geramnya.

Saking nikmatnya berkali-kali ia mendongak ke atas dengan mata terpejam dengan mulut terbuka lebar. Sesekali ia menepuk gemas bokong istrinya.

REYNALDI, The Man Who Will Fight For My HonorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang