Setelah dua bulan menjalani masa cuti, Aldi kembali kuliah. Dia memutuskan membeli satu unit mobil untuk Laras. Awalnya Laras menolak, dia masih bisa menggunakan transportasi umum, namun Aldi tidak mengizinkannya.
Ia membeli sebuah mobil Audi sport terbaru berwarna merah untuk Laras. Saat tiba, Laras menjerit bahagia melihat betapa indahnya hadiah yang diberikan Aldi untuknya.
Lelaki itu mengatakan bahwa mobil itu salah satu hadiah pernikahan mereka.
"Aku tidak sabar mengendarainya Al."
"Kau harus bersabar Sayang, tunggu seluruh surat kendaraan ini turun."
"Tapi kau harus berhati-hati dalam mengendarainya." Laras tersenyum seraya mengangguk. Aldi mengatakan akan mencabut izin menyetirnya jika dirinya tahu Laras ngebut dan tidak mengindahkan perkataannya.
"Tapi bukankah ini mobil sport?" Laras menjelaskan. "Kau tetap tidak boleh membawanya di atas rata-rata, jika tidak-maka aku tidak akan mengizinkanmu mengendarainya lagi."
Laras mengangguk. Selama mengenal Aldi, lelaki itu memang tidak bisa dibantah, Laras berpikir positif bahwa Aldi menyayanginya dan tidak ingin sesuatu terjadi padanya.
***
Hari demi hari mereka lalui hingga tanpa terasa mereka telah mengarungi bahtera rumah tangga selama enam bulan. Aldi memutuskan menggunakan pelayan yang bertugas mengurus seluruh kebutuhan rumah tangga mereka.
Pelayan itu mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga. Aldi tidak tega melihat Laras sendirian mengurus apartemen mereka yang tergolong besar, sehingga dia menggunakan jasa asisten rumah tangga untuk mengurusnya.
Pelayan sekaligus asisten rumah tangganya itu bekerja sehari dua kali, yaitu pagi dan sore dalam mengerjakan tugasnya. Hal ini Aldi lakukan karena dirinya tidak ingin pelayan itu tinggal bersama mereka.
Bukan bermaksud apa-apa, apartemen mereka memang memiliki dua buah kamar, namun satu kamar mereka khususkan untuk tamu. Lagi pula, Aldi merasa aneh jika ada orang lain tinggal bersama mereka.
Suatu malam, saat mereka sedang melihat televisi, Laras memberitahukan pada Aldi bahwa dirinya baru saja diterima pada sebuah agency yang berada di kota itu. Aldi menoleh padanya.
Lelaki itu memang tidak melarang Laras untuk berkarier di dunia model, namun entah mengapa saat mendengar dirinya diterima di salah satu agency, dia merasa dirinya seakan takut terlupakan.
Terlupa oleh pekerjaan Laras yang berbeda dari dirinya. Waktu yang Aldi miliki cenderung sama seperti pekerja kantoran, namun pekerjaan model, tidak bisa diprediksi. Hal ini Aldi rasakan ketika dirinya masih berpacaran dengan Laras dulu.
Betapa dirinya terkadang tersiksa menahan rindu saat Laras pergi selama beberapa hari guna melaksanakan tugasnya. Saat tidak bisa menahan kerinduan, dia bisa saja menyusul gadis itu, namun kali ini, tidak bisa lagi mengingat waktu kuliah yang tidak bisa ditinggal.
Terkadang, Aldi berharap Laras cepat hamil agar dirinya tidak bisa mengerjakan tugasnya lagi sebagai model kendati terdengar egois. Dia ingin Laras memiliki waktu sepenuhnya untuk dirinya.
"Bagaimana menurut pendapatmu Al?" tanya Laras membuyarkan lamunannya.
"Aku harus membaca kontraknya dulu, tentu kau belum menandatanganinya bukan?" matanya tajam menatap Laras. Ia menggeleng. Di Amerika dan mungkin bukan di sana saja, segala sesuatu harus mendapat persetujuan orang terkait lebih dulu.
Karena mereka adalah suami istri, maka Laras harus mendapat persetujuan dari Aldi. Dia merasa pernyataan Aldi kali ini agak berat. Dia tahu, keinginan istrinya menjadi model di Amerika. Entah kebetulan atau tidak, kini dirinya kembali ke negara ini. Laras bangkit menuju kamar mereka dan meraih dokumen yang berisi surat kontrak. Dia menyerahkan pada Aldi.
Lelaki itu membaca dan mempelajari dengan saksama. Laras menatap wajah serius Aldi yang bola matanya bergerak berirama ke kiri dan ke kanan. Sesekali dia melihat Aldi mengeryitkan alisnya, kemudian melanjutkan kembali membacanya. Pada lembar kedua, terdapat persetujuan Aldi sebagai suami Laras.
"Kau harus menanyakan maksud point nomer lima, di sana tertulis kau tidak boleh hamil, bagaimana jika kau hamil? Sangsi apa yang akan kau terima. Lalu jenis pekerjaan apa yang akan kau jalani, kau harus berhati-hati karena ada agency yang mewajibkan modelnya untuk melakukan tugas apapun, termasuk berpose syur.
Apakah itu tertuang dalam kontrak itu. Semua itu harus jelas, aku tidak akan menandatangani jika tidak jelas," kata Aldi sambil melempar surat kontrak itu ke meja yang ada di depannya.
Laras menatap getir dokumen itu. "Aku akan menyelidiki agency ini," kata Aldi memberi penjelasan. Kemudian dia mengambil ponselnya. Aldi menghubungi seseorang.
Tampaknya seorang lawyer, dia membuat janji pertemuan. Kemudian, Aldi kembali menghubungi seseorang. Kali ini dia tidak berbicara dalam bahasa Inggris maupun Jerman. Aldi berbicara dalam bahasa Rusia. Laras tahu dari logat bicaranya.
Ia mengetahui karena Aldi juga memiliki darah Rusia dalam tubuhnya. Percakapan mereka berlangsung lama, entah apa yang mereka bicarakan. Yang jelas, Aldi seakan ingin tahu agency ini. Saat percakapan selesai, Aldi meliriknya.
Dia melempar ponsel yang baru saja dia gunakan ke sofa di sebelahnya sambil menghela napas dan memijit keningnya. Laras tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Aldi seakan enggan menandatangani surat kontrak itu.
"Al, kau keberatan?" tanya Laras setelah menggeser posisi duduknya di sebelah Aldi.
Lelaki itu segera membuka matanya saat dirinya masih memijit keningnya.
"Aku bukannya keberatan dengan surat kontrak itu Laras, tapi kau harus bisa mempertimbangkan bahwa dirimu sudah menikah dan bagaimana jika ditengah kontrak dirimu hamil? Aku tidak mau kau menunda kita memiliki anak apalagi sampai menggugurkannya demi pekerjaan itu."
"Aku juga tidak mau jika dirimu harus berpose vulgar apalagi sampai tidak mengenakan busana sama sekali. Sebagai suami, aku tidak rela tubuhmu dilihat banyak orang, itu yang aku pikirkan."
Hati Laras pilu-di satu sisi, dirinya ingin sekali meneruskan impiannya yang dulu sempat tertunda, namun di satu sisi dia harus memikirkan perkataan Aldi. "Besok aku akan menanyakan kejelasannya," kata Laras sambil tertunduk.
***
Lembayung Senja
12 Desember 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
REYNALDI, The Man Who Will Fight For My Honor
Romance[🔥WARNING 21+] Dia sangat mencintai istrinya. Cinta yang tulus dan murni seluas samudra. Tapi, ketika istrinya mengkhianati masihkah ada kata maaf darinya? Ujian cinta baru mereka hadapi setelah menikah. Akankah mereka bisa melalui segala prahara d...