36

159 12 0
                                    

Laras bangga ketika dirinya bisa bersanding dengan lelaki yang dia cintai. Apalagi yang kurang dari seorang Reynaldi Carl Theodore Dmitriev.

Segalanya dia miliki, tampan, cerdas dan mapan. Laras merasa hidupnya sempurna. Aldi juga menerima kondisi dirinya-apa adanya.

Gadis itu berkali-kali bersyukur dengan perjalanan hidupnya. Laras juga menceritakan untuk resepsi pernikahannya di Indonesia akan menggunakan busana adat Jawa. Mereka akan menggunakan dua buah busana adat Yogyakarta, salah satunya adalah dodotan.

Aldi mengetahuinya, dia bertanya apakah Laras tidak malu dengan busana adat tersebut sementara ada banyak tato yang terdapat pada kedua lengannya.

Laras tersenyum, "Aku sama sekali tidak malu Sayang..."

Laras tidak peduli apa kata orang mengenai suaminya kelak. "Aku akan menerima segala kekurangan dan kelebihanmu," ujar Laras. Aldi tersenyum. Dia bangga dan senang.

Laras tidak mempermasalahkan dirinya. Laras juga menjelaskan tato itu akan menjadi daya tarik tersendiri pada diri Aldi saat resepsi pernikahan mereka nanti. Aldi tertawa lebar.

***

TIBALAH saat yang dinanti. Hari itu merupakan hari yang telah ditunggu dua insan anak manusia. Aldi bangga bisa mempersunting Laras yang menundukkannya butuh waktu selama dua tahun dengan melewati masa pacaran satu tahun. Usianya saat ini adalah tiga puluh tahun sementara Laras dua puluh lima tahun.

Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Laras tampil anggun dengan gaun pengantinnya. Tubuhnya yang menjulang tinggi tampak mempesona dalam balutan gaun pengantin yang berwarna putih bersih. Laras diantar Alexander ke altar.

Aldi tampil gagah mempesona dengan balutan tuxedo berwarna hitam dengan kemeja dan dasi kupu-kupu berwarna putih serta celana berwarna hitam. Rambutnya yang sedikit panjang telah dipotong dan menggunakan pomade. Hari itu dia sangat tampan.

Anting yang dia gunakan pada telinga kirinya juga tidak tampak, sebenarnya Laras tidak mempermasalahkan hal itu, namun Aldi sangat menghormati acara sakral yang terjadi satu kali dalam hidupnya.

Seluruh keluarga serta sahabat terdekat tampak hadir. Sebuah gereja di Freiburg yang dulu pernah ia singgahi. Aldi tersenyum padanya saat melihat Laras diantar oleh Alexander.

Musik pengiring berjudul Ave Maria yang dinyanyikan dalam bahasa Jerman mengiringi Laras menuju altar. Rasa haru tak terkira, mata Laras berkaca-kaca dengan rasa gugup yang sedikit menyelimuti.

Saat sudah di depan altar, Aldi meraih tangan Laras yang telah diserahkan Alexander untuk berdiri di sampingnya guna mengucap janji pernikahan dihadapan Pastor.

"Saudara Reynaldi Carl Theodore Dmitriev, apakah engkau menerima saudari Larasati Germanotta Dicko Edward sebagai istri dan berjanji akan setia dalam suka maupun duka-dalam sedih maupun senang dan akan menjaga, melindungi, menyayangi dan menghargai sampai maut memisahkan?"

"Saya Reynaldi Carl Theodore Dmitriev akan menerima engkau Larasati Germanotta Dicko Edward sebagai istri saya dan berjanji akan setia dalam suka maupun duka-dalam sedih maupun senang, dalam untung maupun malang dan akan menjagamu, melindungimu dan menghargaimu sampai maut memisahkan," ujar Aldi dihadapan Pastor dengan lancar.

"Saudari Larasati Germanotta Dicko Edward apakah engkau menerima saudara Reynaldi Carl Theodore Dmitriev sebagai suami dan berjanji akan setia dalam suka maupun duka-dalam sedih maupun senang, dalam untung maupun malang dan akan menjaga, melindungi, menghargainya sampai maut memisahkan?"

"Saya Larasati Germanotta Dicko Edward menerima engkau Reynaldi Carl Theodore Dmitriev sebagai suami dan berjanji akan setia dalam suka maupun duka-dalam sedih maupun senang, dalam untung maupun malang dan akan menjagamu, melindungimu, menghargaimu sampai maut memisahkan." Giliran Laras mengucap janji.

Suara tepuk tangan memenuhi gereja saat dua insan itu selesai mengucap janji suci dihadapan Tuhan. Aldi menyematkan cincin bermata berlian di jari manis Laras, begitu pula sebaliknya Laras menyematkan cincin pernikahan mereka di jari manis Aldi.

Cincin pernikahan itu dipesan khusus. Dalam cincin pernikahan, terdapat gabungan darah Aldi dan Laras.

"Sekarang kalian resmi menjadi suami istri, anda bisa mencium istri anda," perintah Pastor. Tidak menunggu lama, Aldi pun mencium Laras.

Dengan hati-hati ia membuka veil yang dikenakan Laras, dari balik tudung pengantin, Laras tersenyum manis guna menghilangkan rasa groginya. Aldi merasakan ketegangan saat dia ingin mencium istrinya.

"Just relax," bisiknya seakan meredakan ketegangan yang dirasakan Laras. Saat Aldi melepas ciuman itu, riuh tepuk tangan kembali terdengar.

Saat itu wajah Laras merona malu, Aldi lelaki normal, Laras semakin terlihat cantik dengan rona merah alami yang terpapar di wajahnya. Detak jantung lelaki itu semakin menggila saat melihat wajah Laras. 

***
Lembayung Senja
22 November 2020

REYNALDI, The Man Who Will Fight For My HonorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang