24

135 14 0
                                    

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Tak terasa sudah enam bulan Aldi menjalani kuliah di Harvard. Selama ini semua berjalan lancar. Dia juga telah menemukan banyak teman, di antaranya Tico, temannya dari Amerika yang menjadi teman sekelasnya. Juga Angel teman dari Australia yang mendapat beasiswa di Harvard, seperti dirinya.

Mereka cepat akrab, membaur bersama dalam satu almamater. Saat akhir pekan, jika beberapa teman-temannya sering mengajaknya ke night club, Aldi sering menolaknya, terkadang jika jenuh barulah dia ke kelab bersama dengan mereka. Jika tidak, dia lebih senang berdiam diri di apartemen dengan file serta berkas perusahaan.

Malam itu, rasa rindu Aldi begitu besar. Dia berusaha menghubungi Laras melalui whatsApp. Tak lama, pesan dibalas. Laras setuju, saat dia akan menghubungi melalui video call. Aldi segera menghubungkan line ponselnya ke laptop. Laras terlihat di layar, menurut Aldi wajahnya terlihat sedikit lebih tirus. Aldi tersenyum. "Apa kabar Sayang?" katanya seraya tersenyum.

"Baik bad boy," katanya balas tersenyum. Laras juga memperhatikan Aldi, wajahnya sedikit lebih berisi, Laras berpikir mungkin dia bahagia di sana. Laras senang.

"Kau terlihat sedikit kurus," akhirnya Aldi berkomentar. Laras mengangguk, dia menyadari perubahan dirinya. Ini akibat diet yang dia jalani. Tubuhnya memang sedikit lebih kurus dibanding sebelumnya.

Namun di kamera, ia terlihat proporsional. Agency sangat senang jika model mereka tampak proporsional, ini berarti job yang mereka dapatkan semakin sering. Aldi mengatakan bahwa kerinduannya sangat besar. Dia menanyakan kapan jadwalnya kosong.

Laras mengatakan bahwa dalam beberapa minggu ini dia masih ada show, setelah itu, baru jadwalnya kosong. Aldi mengatakan bahwa dirinya akan membooking tiket untuknya ke Amerika. Karena itu dia memastikan jadwal gadis itu. Laras terharu, sejujurnya ia juga merindukan Aldi.

Sudah enam bulan mereka berpisah. Kini, saat lelaki itu memintanya untuk mengunjunginya, dia setuju. Aldi sempat menawarkan apakah dia ingin menggunakan jet pribadi keluarganya namun dengan cepat Laras menolaknya.

Walau bagaimanapun, pesawat itu untuk kepentingan bisnis keluarga Aldi, dia tidak ingin menggunakannya untuk kepentingan pribadi. Aldi mengerti dan mengalah. Rencananya, setelah ini dia langsung membooking tiket ke Amerika.

Laras bertanya, mengapa akhir pekan ini dirinya ada di apartemen, Aldi mengatakan sebenarnya dia diajak oleh teman-temannya ke night club, namun dia menolak.

Baginya rasa rindunya terhadap Laras begitu besar. Gadis itu terharu, dia senang kekasihnya memilih dirinya, namun ia juga mengatakan bahwa sesekali Aldi harus menghibur diri agar tidak stres. Lelaki itu mengangguk seraya tersenyum.

Maksud Laras baik, dia tidak ingin dirinya tertekan. Aldi tersenyum. Laras berkomentar bahwa Aldi terlihat sedikit berisi. Lelaki itu tertawa, yang Laras katakan benar, sebab dari timbangan yang ada di apartemennya memang menunjukkan kenaikan. Dia menjelaskan bahwa jadwal kuliah yang padat otomatis mengurangi jadwal fitnesnya, dirinya tetap berlatih muay thai, namun intensitasnya berkurang.

Tugas yang dia dapat dari kampus lumayan banyak hingga menghabiskan energi. Laras berpesan bahwa dirinya harus menjaga kesehatan, sebab dia khawatir jika Aldi jatuh sakit. Dia bisa membayangkan bagaimana dirinya yang sendiri harus mandiri di sana. Aldi mengerti dan terus menatap wajah Laras.

"Ku harap, untuk dua minggu ke depan kau bisa mengunjungiku di sini," katanya kemudian. Laras mengangguk. "Aku akan menanyakan jadwalku lebih dahulu pada Demi."

"Beritahu aku jika sudah pasti, aku akan segera booking tiket untukmu."

Aldi bertanya, apakah ada lelaki lain yang menggodanya? Laras tersenyum, sifat protektif dan posesif Aldi mulai terlihat. Dia mengatakan tidak ada, dirinya bisa menjaga diri. Lelaki itu berkata, jika ada lelaki yang mengganggunya agar mengatakan padanya.

Sekali lagi Laras tertawa, dia meyakinkan Aldi akan hal itu. Lelaki itu lega. Laras harus menyudahi percakapan mereka karena dia harus ke agency. Aldi berat menyudahi, namun dia tidak ingin egois. Akhirnya percakapan itu berakhir.

Aldi menghela napas setelah pembicaraan berakhir. Dia segera mengirim pesan whatsApp pada Laras mengenai jadwalnya. Laras mengatakan dalam satu jam dia akan memberi kabar. Bagi Aldi satu jam itu lama sekali.

Akhirnya dengan sabar dia menunggu. Saat itu, dia memanfaatkan waktu luang dengan melihat perkembangan perusahaannya. Dia juga tampak menghubungi Victoria, rasa rindu pada wanita yang melahirkannya itu juga besar.

Victoria terkejut menerima telepon dari putranya. Dia tidak mengira Aldi akan menghubunginya. Saat itu Theodore tidak ada di tempat karena sedang ke luar rumah. Banyak hal yang Victoria tanyakan, termasuk perkembangan kuliahnya di sana. Aldi mengatakan sejauh ini baik-baik saja.

Lelaki itu mengatakan melanjutkan kuliah di Harvard menyenangkan kendati tekanannya besar, namun ia bisa mengatasi. Victoria bersyukur karena putranya cepat beradaptasi. Dia juga mengatakan bahwa Aldi sedikit berisi.

Aldi terkekeh, Victoria adalah wanita kedua yang mengatakan bahwa dirinya berisi setelah Laras. Wanita itu tertawa, berarti apa yang dilihatnya benar. Aldi mengatakan bahwa dirinya memang jarang fitnes. Victoria mengatakan bahwa jangan terlalu memaksa jika memang tidak bisa. Aldi mengangguk.

Kemudian, pembicaraan berakhir. Aldi menitipkan salamnya pada orang rumah. Dia mengatakan bahwa sangat merindukan mereka. Pembicaraan berakhir. Aldi membuat kopi sejenak, tak lama ada pesan whatsApp di ponselnya.

Dirinya tersenyum ketika membaca pesan dari Laras bahwa dalam dua minggu ke depan jadwalnya kosong. Aldi membalasnya dengan mengucapkan terima kasih. Tak lama, dia meminta foto paspor Laras, gadis itu segera mengirimnya. Aldi tersenyum, dia segera membuka website guna memesan tiket.

Aldi berusaha mencari perjalanan one way, namun sulit, rata-rata penerbangan harus transit. Akhirnya dia memilih jadwal penerbangan paling awal. Dia membooking tiket dengan penerbangan sore, sehingga Laras tidak terlalu merasakan jetlag.

Aldi memesan tiket perjalanan first class dengan berbagai fasilitas, dia ingin Laras merasa nyaman di pesawat. Setelah membayar dengan kartu kredit, ia mengirim e-tiket melalui email Laras.

Kemudian, dia segera mengirim pesan whatsApp, tak lama pesan itu berbalas. Laras mengucapkan terima kasih. Sementara, Laras terkejut menerima e-tiket yang dikirim Aldi padanya.

Tiket itu berisi penerbangan first class yang harganya membuat geleng-geleng kepala. Laras tidak percaya Aldi membooking tiket semahal itu untuknya. Dia melanjutkan percakapan via whatsApp.

Dia menanyakan mengapa tidak membooking tiket yang biasa saja. Aldi mengatakan bahwa dia ingin Laras merasa nyaman dalam perjalanan. Laras mengatakan akan menggantinya.

Aldi tertawa dan membalas pesan itu, dia mengatakan tidak perlu menggantinya, karena jika Laras menggantinya, dia tidak akan memperbolehkan gadis itu pulang ke Indonesia. Laras tersenyum. Akhirnya, gadis itu mengucap terima kasih. Dia mengatakan sudah tidak sabar untuk bertemu Aldi.

***
Lembayung Senja
17 Oktober 2020 

REYNALDI, The Man Who Will Fight For My HonorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang