33

154 12 9
                                    

Laras tersenyum saat menyadari dirinya sudah berada di kamar tidur Aldi, namun dia tidak melihat sosok itu. Dia berjalan ke luar kamar dan mendapati Aldi tengah tertidur di sana.

Dia tidak ingin menganggunya. Kemudian, dia berjalan menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah setengah jam, Laras masih melihat Aldi masih tertidur.

Dia tidak tega membangunkannya dan hanya memandang wajah tampan yang tengah terlelap itu, memperhatikan garis tegas dengan rahang kokoh, dagu belah dan alis tebal.

Demi Tuhan, jika ketampanan adalah sebuah kesalahan, mungkin Aldi sudah mendapat hukuman seumur hidup.

Laras beruntung mendapatkan Aldi, rambutnya yang sedikit lebih panjang kini sering di biarkan tanpa menggunakan pomade.

Tampilannya semakin terlihat seperti bad boy. Tanpa sadar, gadis itu mencium kening lelaki itu. Merasa keningnya dicium, Aldi mengerjapkan mata. Di sana, ia tengah mendapati Laras yang tersenyum di hadapannya.

"Jam berapa ini?" katanya menyadari dirinya tengah tertidur.

"Jam tujuh malam," kata Laras.

"Ok, aku mandi dulu ya," katanya saat melihat Laras sudah bersiap.

Malam itu Aldi mengajaknya ke sebuah night club yang seluruh bartendernya wanita. Night club itu menarik banyak pengunjung.

Tiba di sana, suasana sudah ramai. Aldi benar, di night club itu tidak ada pelayan lelaki sama sekali. Mereka memesan whiskey dan duduk di pojok ruangan.

Pandangan mereka memperhatikan para muda mudi kota Massachusetts yang melantai malam itu. Aldi mengatakan tengah malam nanti, para bartender akan menari di atas meja bar.

Tak lama, Aldi mengajaknya ke dance floor. Mereka berdansa hingga menjelang tengah malam diiringi tawa riang dan membaur dengan pengunjung lain.

Saat kembali ke tempat semula, tak lama perkataan Aldi benar. Tiba-tiba suasana hening dan beberapa bartender naik ke atas meja bar. Mereka mulai menari.

Pemandangan seperti itu tidak selalu ada setiap hari. Mereka menyaksikan para ladies menari di atas meja bar dengan gerakan menggoda. Hingga di akhir acara mereka disuguhi pertunjukkan yang menakjubkan.

Mereka meninggalkan night club menjelang pukul tiga dini hari. Laras yang sudah setengah mabuk, tampak meracau. Seperti biasa, jika sudah tidak bisa berjalan, Aldi menggendongnya.

Keesokan harinya, Aldi mengajak Laras ke six flags great adventure di New Jersey yang memegang rekor roaller coaster tertinggi di dunia. Dengan tinggi sekitar seratus tiga puluh sembilan meter, arena ini mampu meluncur dengan kecepatan seratus dua puluh delapan mil per jam.

Awalnya Laras menolak, namun Aldi mengatakan tidak memperbolehkan pulang jika tidak mencobanya. Aldi merasa mereka harus melepas segala kejenuhan dari segala rutinitas selama ini.

Saat berada di atas, Laras menutup mata dengan memegang tangan Aldi yang duduk di sampingnya. Aldi membalas genggaman tangannya seraya mengatakan ini merupakan saat yang mengasyikkan.

Wajah gadis itu tampak pucat. Aldi menikmatinya. Saat roaller coaster mulai menanjak, genggaman tangan Laras semakin kencang. Aldi tertawa melihat reaksi wajah kekasihnya. Saat arena permainan itu mulai meluncur, mata Laras terpejam, ia menjerit dengan keras bersama penumpang lain.

"ALDIIII.... JANTUNGKU MAU COPOOOOTTT....!!" Jerit Laras saat roaller coaster itu meluncur dengan kecepatan tinggi.

Aldi yang tertawa turut berkata, "SAMA LARAAASS, AKU JUGAA...." teriaknya sambil tertawa. Saat permainan itu berakhir, Laras berjalan sempoyongan, Aldi membantunya sambil terus tertawa. 

"Kau jahat..." ujar Laras sambil mencubit perutnya. Aldi tertawa sambil meringis menahan sakitnya cubitan Laras.

***

Hari itu adalah hari di mana Laras harus kembali. Jadwal pesawatnya pukul sembilan malam. Pagi itu, wajah Aldi sedikit muram, sejujurnya dia benci perpisahan.

Namun, kenyataan harus dia hadapi. Laras sudah terjaga lebih dahulu, dia memanaskan air dan membuat sarapan dengan roti bakar.

Dia tahu Aldi enggan. Saat sedang membuat minuman, Aldi tiba-tiba memeluknya dari belakang. Laras terkejut.

"Pagi Sayang, sedang apa?" katanya sambil terus mencium leher jenjang gadis itu. Laras yang tidak tahan dengan ciuman Aldi akhirnya menghadap lelaki itu guna menghentikan ciumannya.

"Kau nakal," katanya sambil menarik hidung Aldi.

Aldi tertawa dan mencium bibir selembut kelopak bunga itu. Awalnya ciuman yang mereka lakukan lembut, namun lama kelamaan menjadi panas dan liar.

Aldi melirik keadaan sekitar dan menggendong tubuh Laras dan meletakkannya di atas meja makan. Baju tidur yang dikenakan Laras masih melekat di tubuhnya yang seksi.

Aldi menenggelamkan wajahnya pada leher jenjang itu, mencium sesekali mengisap dan menjilat telinga gadis itu. Laras memejamkan mata merasakan kenikmatan sekaligus sensasi yang di timbulkan atas perlakuan Aldi padanya hingga tanpa sadar dirinya mendesah berkali-kali seraya mengigit bibirnya. Jika Aldi sudah mencumbunya, dia seakan tidak bisa lari dari kejaran lelaki itu.

Tanpa sadar, Laras sudah terbaring di atas meja makan dengan tubuh tanpa sehelai benang pun, dia tidak ingat kapan Aldi melucuti pakaiannya.

Aldi terbiasa tidur dengan bertelanjang dada. Laras mengagumi tubuh atletis lelaki itu yang menampilkan perut six packnya. Gadis mana yang tidak tergoda dengan pemandangan itu.

"Kau suka tubuhku Sayang?" katanya menggoda saat Laras melihat tubuhnya.

Yang terdengar di ruangan itu selanjutnya adalah deru napas yang memburu di iringi selingan desahan mereka yang tak putus-putus.

Betapa panas cumbuan itu, yang terjadi saat ini adalah kepala lelaki itu sudah tenggelam di antara paha Laras. Gadis itu menggeliat menahan kenikmatan yang dia rasa.

Lidah Aldi tenggelam di pusat dirinya dan dengan liar bermain di sana. Aldi mengisap sambil sesekali memainkan area sensitif tersebut. Terkadang Aldi melihat wajah Laras yang dihantam badai kenikmatan.

Dia semakin terpacu memanjakan gadis itu. Pada satu titik, tubuh Laras bergetar hebat disertai teriakan yang memecah ruangan. Aldi tahu gadis itu merasakan puncak kenikmatan.

Mata Laras terpejam rapat dengan napas yang memburu. Saat membuka matanya, dia mendapati Aldi tengah menatapnya.

"Puas?" katanya bertanya dengan alis wajah terangkat seraya tersenyum. Laras menjawabnya dengan anggukan samar karena masih merasa kenikmatan yang tersisa.

"Mau lagi?" kata Aldi bertanya sambil menatap nakal pada Laras. Gadis itu tersenyum, Aldi memanjakannya berkali-kali.

Sebelum menjawab ia kembali mencium bibir Laras dan melumat habis seluruhnya ke dalam bibirnya. Laras berkali-kali menggapai puncak kenikmatan yang di antarkan Aldi.

Lelaki itu terkulai di hadapannya saat Laras merasakan dirinya meledak sebanyak lima kali. Laras tahu, Aldi juga butuh penyaluran dan dia tahu apa yang harus dilakukan.

Aldi mengerang tertahan dengan mata terpejam saat giliran Laras memanjakannya. Dalam beberapa bulan Laras sudah mahir memuaskan dirinya. Tentu, lelaki itu yang mengajarkan bagaimana cara memuaskan.

"Larasss.... kau membuatku gila...." kata lelaki itu di sela-sela desahannya.

Aldi memegang rambut panjang Laras ke atas dengan kedua tangannya. Pada saat yang sudah tidak bisa ditahan lagi, Aldi semakin membenamkan kepala Laras ke pusat dirinya sambil melenguh panjang tanda kepuasan dirinya meledak dengan buncahan kenikmatan yang tiada tara.

Laras tersenyum puas sambil menyeka sudut bibirnya yang terdapat cairan kenikmatan Aldi. Mereka berdua bermandikan peluh di atas meja makan. 

***
Lembayung Senja
14 November 2020

REYNALDI, The Man Who Will Fight For My HonorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang