7

227 60 17
                                    

"Selesai," katanya memberitahu. Aldi melihat lukanya yang telah diganti dengan kain perban yang baru.

"Terima kasih Sayang," katanya seraya mencium kening gadis itu. Laras mengangguk.

"Aku bawakan macaroni schotel," kata Laras.

"Mana? Aku ingin menyantapnya," katanya.

"Ada di bawah," katanya memberi penjelasan.

"Kalau begitu tunggu apa lagi?"

Laras bangkit dan berjalan disisi Aldi. Dalam lift Aldi kembali mencium dan mengenggam tangannya. Ia mengatakan ingin menikmati macaroni itu di tepi kolam renang. Laras membawa macaroni yang masih hangat itu dan menyodorkannya pada Aldi.

"Mau makan sendiri atau disuapi?" tawarnya pada lelaki itu.

"Kau tega melihatku susah payah makan sendiri dengan perut seperti ini?" alasan itu yang digunakan Aldi saat memintanya untuk disuapi.

Laras menyuapi Aldi dengan hati-hati. Mbok Marni membawa minuman untuk mereka. Laras mengucapkan terima kasih.

"Macaroni buatanmu enak," pujinya pada Laras. Gadis itu tersenyum.

"Makanlah yang banyak," katanya.

Kurang dari sepuluh menit macaroni itu sudah habis. Laras tersenyum seraya mengambil air putih untuk Aldi. Dia menerima dan meneguknya. Gadis itu menyerahkan tisu untuk Aldi.

Hari itu mereka menghabiskan waktu bersama. Saat itu Laras melihat grand piano berwarna hitam pada salah satu sudut rumah Aldi. Dia tergerak untuk mencobanya.

Laras duduk pada kursi piano dan mulai memainkan sebuah lagu. Lagu Love of My Life yang dia mainkan yang pernah dibawakan kelompok musik Queen.

Aldi terpaku melihat permainan piano yang disuguhkan Laras. Beberapa asisten rumah tangga termasuk Dommy turut menyaksikan.

Saat lagu sudah selesai dimainkan, mereka bertepuk tangan. Setelah itu, Aldi membawanya ke sebuah studio mini yang terletak di lantai tiga.

Laras mengatakan ingin melihat film komedi. Ia memilih duduk di tengah-tengah. Aldi segera bergabung dengan gadis itu. Lampu di ruangan padam secara otomatis ketika film mulai tayang.

Sejak awal hingga akhir mereka tertawa. Sekitar satu setengah jam pertunjukkan selesai. Saat tiba di bawah, Mbok Marni menyuruh mereka untuk makan siang. 

Harum aroma masakan tercium ke seluruh ruangan. Victoria tampak sudah kembali setelah dari luar dan mengajak Laras untuk makan siang. Selanjutnya, mereka makan bersama dalam satu meja.

Victoria bertanya acara pemotretan yang baru saja Laras lakukan di Lombok. Gadis itu bercerita. Mereka mendengarkan dengan seksama. 

Mereka bercengkerama bertiga bersama-sama, sesekali tertawa. Setelah makan siang, mereka duduk pada sebuah taman di belakang rumah.

Saat sedang berbicara itulah, ponsel Laras bergetar, dia melihat caller id yang ada dilayar dan terkejut melihatnya. Dari Calvin. Laras melirik Aldi yang sejak tadi melihatnya. Dia ragu, apakah ingin menjawabnya atau tidak. Aldi mengerutkan alisnya.

"Kenapa tidak dijawab?" katanya kemudian. Gadis itu menggelengkan kepalanya.

***

Telepon kembali bergetar, Aldi menyarankan untuk diangkat. Laras tahu, jika dia menjawabnya pasti akan menimbulkan masalah, tidak diangkatpun pasti bermasalah.

Akhirnya, dia menjawab dengan berjalan menjauh dari Aldi. Dia berbicara menggunakan bahasa Inggris, Aldi samar-samar masih bisa mendengar percakapan mereka.

REYNALDI, The Man Who Will Fight For My HonorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang