42. Kekacauan Kecil

18 4 0
                                    

Langkahku terhenti saat ada seseorang yang menghadangku. Orang itu menatapku datar.

"Rahma, ikut gue."

Aku melepaskan cekalan tangannya. "Mela, ngomong disini aja!"

Mela tersenyum sinis. "Tadi apa-apaan?"

"Apa sih, nggak jelas!"

"Gue udah bilang jauhi semua orang. Termasuk Rama." Mela menekan kalimat terakhirnya.

Aku menyilangkan tangan di dada. "Lo tahu kan kalau gue tadi dihukum? Mestinya lo paham dong dengan keadaan gue."

Mela menghembuskan nafas tidak percaya. "Kalau dihukum, ya jalani nggak usah romantis-romantisan kayak tadi."

"Gue nggak minta ya buat Rama melakukan itu. Dia ngelakui sendiri."

Mela melangkahkan kaki ke depan. Kini wajahnya tepat berada di depanku. Wajahnya tidak bersahabat. "Pasti lo yang mancing!"

Aku melotot. "Enak saja. Kalo ngomong itu dijaga."

Mela tersenyum miring. "Bener kan kalo lo yang mancing? Cewek murahan!"

Aku menatap Mela tidak percaya. Mulutnya mudah sekali untuk mengatakan hal hina itu, seperti fans-fans Rama. Mela berubah 180 derajat.

"Mela, Lo kok gampang banget ngomong gitu sih?"

"Emang kenyataannya begitu kan?"

Aku menahan amarahku yang sudah mencapai ubun-ubun. Mungkin kalau di komik, tubuhku sudah terbalut dengan api besar.

"Stop, Mela. Cukup jelasin apa tujuan lo ngomong sama gue?"

"Jangan dekat-dekat dengan semua orang. Termasuk Rama dan Liana. Gue nggak mau mereka terus sama lo."

Aku tersenyum meremehkan. "Kenapa, lo iri gue didekati banyak orang hah? Langsung ngomong aja kayak gitu."

Mela mengepalkan kedua tangannya. "Kalau iya kenapa? Gue nggak suka lo disukai banyak orang, banyak yang ngajak lo ngobrol, gue nggak suka lo dikelilingi banyak orang, Rahma."

"Gue ingin lo itu sendiri, sedih." Mela menitikkan air mata. "Mulai hari ini… jauhi Rama dan Liana!"

Mela pergi menyisakan bisik-bisik di sekitar. Kami bertengkar di koridor kelas sepuluh.

*****

"Rahma… tunggu."

Rama berhasil menutup jalanku membuatku terpaksa berhenti.

"Dipanggil daritadi kok nggak noleh sih. Pendengarannya terganggu ya?"

Aku terpaksa tidak menyahuti Rama karena sedang menghindarinya.

"Apaan sih? Gue emang nggak dengar."

"Kok balik cuek lagi sih. Ada masalah ya?"

Aku memejamkan mata lalu membuang nafas. Nggak mungkin aku menceritakan alasan aku menghindarinya. "Nggak ada. Cepetan mau ngomong apa, gue buru-buru?"

"Rencananya pulang sekolah gue sama anak-anak musik mau latihan. Ikut ya?"

Oh masalah itu. Aku mengangguk. "Oke. Pulangnya jam berapa?"

Rama terlihat berfikir. "Mungkin jam 5 kurang atau nggak lebih."

"Sore banget. Ndadak juga."

"Kita cuma mau ngumpul doang diskusi tentang besok kita nyanyi apa, nama band kita apa gitu."

"Tapi kok sore banget sih. Bentar doang lah itu. Palingan setengah jam."

Rama menghela nafas. "Oke. Setengah jam doang. Ayo bareng ke ruang musik."

Rahma & Rama (End, Complete) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang