43. Aku Ingin Pergi Ke Jawa

20 4 0
                                    

"Rahma…"

Aku jatuh tersungkur di atas rumput. Bibirku sukses mencium rumput. Untung bersih tidak ada kotoran atau seperti tai kucing. Lupakan!

"Akh…" aku tidak ingin berdiri karena aku tahu kalau lututku pasti robek. Otomatis celana olahraga ku juga ikut robek.

Pak Agus dan teman-teman mengerubungi aku hendak menolong. Aku tidak sadar menitikkan air mata. Itu diluar kehendak.

Aku dibawa duduk di bawah pohon pinggiran lapangan bersender di pohon.

"Rahma, lututmu sobek, ayo ke UKS," ucap Liana sedih.

Aku tidak tahu harus menanggapinya seperti apa. Aku masih kaget, kejadiannya terjadi begitu saja tanpa aku ketahui.

Liana berdecak lalu mengambil paksa tanganku untuk dikalungkan di lehernya. Aku berdiri dibantu oleh Rania ke UKS.

*****

"Aduh, pelan-pelan dong!"

"Iya-iya! Ini udah pelan kok."

Bukk!

"Dibilangin pelan-pelan aja. Sakit tahu!"

Sejak tadi, lengan Rama selalu menjadi sasaran empuk untuk menyalurkan kesakitan ku.

Iya, aku di UKS diobatin dia! Rama!

Entah kemana petugas PMR-nya. Kesal sekali. Liana disuruh kembali ke lapangan untuk mengambil nilai lagi. Jadi, siapa lagi yang pantas diminta tolong?

Rania? Dia mengambil nilai bersama Liana, Bunga dan Mela.

Aslinya aku ingin mengobati sendiri. Tapi karena Rama melihatku, dia ikut membantu. Tentu saja aku menolak. Tapi dia mengambil paksa kapasku.

Jangan khawatir, salah satu temanku sudah ada yang memanggil dokter. Jadi tidak akan ada kejadian negatif.

"Udah ah nggak usah obatin gue lagi." Aku mendorong bahu Rama dan turun dari brankar. Tapi pergerakan ku berhenti saat lututku malah ngilu.

"Tuh kan sakit lagi pasti. Duduk! Gue aja yang panggil PMR atau dokter." Rama bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju pintu. "PMR dan dokter nggak bisa diandelin."

Setelah pintu tertutup, aku mengecek lututku. Aku menggulung celana olahraga ku sampai lutut. Aku meringis saat membukanya. Luka itu menganga lebar. Selain terbentur sangat keras, lututku juga tergeser.

Pastinya sangat sakit karena terbentur sangat keras. Apa mungkin tulangku ada yang retak sedikit? Soalnya saat digerakkan sangattt… sakit.

Aku jadi amnesia sebab aku jatuh tadi. Yang aku lihat terakhir kali itu, hanya garis finish doang terus aku jatuh.

Ahh lupakan saja deh. Tapi aneh aku bisa jatuh tadi.

Pintu terbuka aku buru-buru mengembalikan celanaku sampai mata kaki. Dan lukaku terkena kain celanaaa!

"Bundaaa!"

Rama mendekat. "Rahma, Lo nggak papa? Masih sakit ya?"

Aku meliriknya. "Ya sakit lah. Tergores kain tadi!"

Dokter UKS ku pun ikut mendekat. "Mbak, tahan sedikit ya sakitnya. Nanti biar cepat sembuh." Aku membalasnya dengan anggukan pelan. Ragu.

*****

"Dek, dek. Udah gede kok masih jatoh sih jalannya."

"Awh…"

"Pelan-pelan."

"Sakit kak."

Kak Rahmat berdeham lalu membukakan pintu mobil untukku. Setelah aku duduk dengan nyaman, Kak Rahmat memutari mobil dan dalam sekejap sudah duduk di sebelahku.

Rahma & Rama (End, Complete) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang