73. Why You Mad At Me, Ara?

25 4 0
                                    

Maaf, lagi ;) menangis melihat terakhir kali up.

_____

Ara
Flashback Di Hari Cila Meninggal…

Kak Cila meninggal hari ini. Kak Rahma pergi meninggalkan aku dengan tanda tanya yang besar. Siapa yang buat Kak Cila meninggal??

Semua orang tau, kalau Mama dan Papa cuek dengan Kak Cila karena dia membangkang hingga kabur dari rumah. Tapi nyatanya, mereka depresi. Pasca mengetahui Kak Cila telah tiada, Papa Mama tidak mau makan. Semula rumah ini ramai dengan perbincangan hangat bisnis, tetapi seketika lenyap.

Mama Papa tidak saling sapa maupun sekedar basa-basi. Menangis pun tidak. Aku memakluminya. Mungkin mereka menyesal telah menelantarkan Kak Cila.

Satu minggu kemudian, jantung Papa kumat. Karena sampai pingsan dan sebelumnya sempat kejang, aku dan Mama khawatir membawa Papa ke rumah sakit. Esoknya, kalian tau… aku kehilangan satu orang lagi. Papa menyusul kakak.

Lagi-lagi, aku harus di tempat manusia yang telah meninggal. Gundukan tanah dimana-mana memenuhi lahan hingga hampir penuh. Suara Mama menangis kencang terdengar setelah terdiam lama. Aku bingung dengan mataku. Apakah stok air mataku habis karena menangisi kepergian Kak Cila dan Kak Rahma?

Bodoh aku! Seharusnya, aku tidak usah menangis atas perginya Kak Rahma yang tidak jelas. Hingga kini, aku tidak tau dimana dia.

Aku kira, setelah Papa meninggal, kebahagiaan akan menghampiri kami menggantikan kesedihan yang membebani seluruh raga dan jiwa. Tapi, lagi-lagi aku kehilangan! Mama bunuh diri, dia gantung diri!

Hujan turun dengan deras seolah ikut bersedih denganku. Dan langit seperti mengejekku karena sekarang hidupku terlalu menyedihkan.

Kini aku sendirian.

Setelah pemakaman Mama selesai, di bawah guyuran hujan, aku berjalan menyusuri trotoar yang sepi. Beberapa orang meneriaki aku disuruh berteduh di ruko. Tapi aku mengabaikannya. Aku lebih nyaman menangis di bawah hujan daripada menangis di depan orang lain. Rasanya sungguh tidak nyaman. Biarkan mereka mengatai aku gila.

Aku tidak tau ini sudah jam berapa, bahkan aku tidak tau sudah berapa lama aku berjalan tak tentu arah. Rumah sudah aku tinggalkan. Banyak kenangan tercipta disana. Mulai saat ini, aku akan membuat kenangan dan cerita yang baru. Dimulai dari sekarang.

Melewati sungai, hatiku berteriak untuk menyuruhku melompat dari sana. Memang benar, begitu melompat aku dapat bertemu dengan Kak Cila, Papa dan mama. Mungkin ini yang ada di pikiran Mama sehingga membuat beliau langsung bunuh diri.

Begitu mati, aku akan instan bertemu dengan keluargaku!

Kilatan petir terdengar membuatku ingin mengurungkan niat, padahal baru satu langkah. Sungguh, aku sangat takut! Tidak pernah aku berada di luar sendirian. Minimal, ada seorang supir yang menemani aku.

Atau, Kak Rahma yang selalu ada dimanapun jika Kak Cila tidak bisa menemani aku keluar.

Tapi, dimana Kak Rahma? Dia menghilang hingga membuatku berpikir bahwa, ia cuma memanfaatkan Kak Cila doang di saat dirinya sendirian.

Air mataku kembali mengalir deras seiring dengan awan yang semakin tertawa dengan kesedihan yang menerpa diriku. Alam bahkan tidak mengizinkan aku untuk melihat sinar matahari yang hangat dan menyenangkan.

Chyara, hidup lo menyedihkan sekali!

"Aaaa…" tanpa sadar, aku sudah bersiap untuk jatuh ke sungai. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain berteriak.

Grepp!

Bersyukur sekali! Ada orang yang menarik tanganku dengan kencang. Lalu membanting diriku di trotoar membuat tulangku serasa remuk. Tapi, membuatku sadar.

Rahma & Rama (End, Complete) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang