74. After Tragedy

18 4 0
                                    

Rahma terus mengatai Ara hingga tidak sadar membuat gadis mungil itu memendam marah yang luar biasa.

Ara membiarkan Rahma melampiaskan segala kemarahan yang dipendam padanya. Hingga suatu fakta membuatnya tercenung.

"Kakak lo berjuang demi kebahagiaan lo! Dia nggak peduli sama apa-apa!" Rahma masih aja berontak saat berbicara. Liana dan Bunga hampir kewalahan. "Lo minta laptop kan sama Cila?? Demi memenuhi permintaan lo buat punya laptop, dia kerja nggak kenal waktu hingga dia kecelakaan!"

Ara merasa dunianya runtuh seketika! Dia tidak menyangka jika permintaan sederhananya waktu itu diseriusi oleh saudara kembarnya, padahal ia hanya ingin curhat saja. Bahkan ia lupa kalau mulutnya mengucapkan permintaan itu. Yang ia ingat hanya orang tuanya yang bertengkar hebat pada hari Rabu saat itu.

Kepalanya sakit akibat rambutnya ia tarik sendiri. Ara frustasi untuk yang beberapa kalinya. Pistol cadangannya ia pungut dan menembak asal udara. Semua orang berlari menghindari tembakan asal itu. Sedangkan Ara tak henti-hentinya menembak peluru. Ia tak sadar jika pelurunya hampir mengenai Rahma jika Kak Alif tidak menyelamatkan.

Cila tercengang melihat hasil ulahnya. Ia tidak menyangka jika salah sasaran. Tidak heran melihat kecepatan Kak Alif sangat cepat, laki-laki itu emang andalannya dulu di gengnya.

"Gue udah susah-susah bawa lo kesini. Tujuannya? Bawa lo nyusul Kak Cila."

Setelah mendorong Rahma agar jauh dari Rama dan berakhir di pinggiran rooftop, Ara mengangkat paksa tubuh Rahma dan melompat sembari memegang tubuh Rahma. Otomatis, Rahma ikut jatuh dari atas.

"Araaa…!!" Melihat Ara hampir loncat dan membawa teman untuk bunuh diri, Rama dengan segera mengulurkan tangannya. Tapi gagal. Bertepatan dengan datangnya seorang laki-laki dewasa yang baru saja datang di ambang pintu.

Rama jatuh terduduk. Tatapannya ke bawah, dua gadis itu jatuh dengan bersimbah darah. Ini nyata! Rahma telah jatuh dari atas!

"R-Rahmaa…"

"Rahmaaa…!!"

Laki-laki dewasa itu berteriak dan berlari ke pinggiran rooftop. Beda dengan Rama, dia langsung turun lagi. Berlari menuruni tangga dan tidak peduli dengan lainnya lagi. Fokusnya hanya satu, pada adik perempuannya.

Begitu sampai di TKP, Kak Rahmat tercenung di tempat. Tatapannya pada adiknya yang jatuh dengan darah dimana-mana. Dress putihnya berganti warna merah darah, Rahma tidak bergerak seperti sudah hilang nyawanya.  Tangisnya pecah, kakinya tidak mampu menopang tubuh, Kak Rahmat ambruk dan menangis sejadi-jadinya.

Apa yang harus dia lakukan? Yang penting, bagaimana bilang pada Bunda? Kak Rahmat tidak bisa menebak-nebak lagi. Tentu saja reaksinya tak jauh berbeda saat mendengar Ayah kecelakaan.

_____

Sepertinya, benar dugaan Kak Rahmat. Bunda kaget lalu linglung. Mulutnya tidak berkata, tapi matanya terus mengeluarkan air.

Kak Rahmat lebih suka Bunda yang menangis mengeluarkan suara daripada sekarang. Bunda hanya duduk menatap lurus kosong. Sedangkan air matanya tak henti-hentinya berhenti.

Meninggalkan Bunda di kursi tunggu, Kak Rahmat memilih pergi menjauh dari ruangan Rahma. Ia memasuki lift, menekan angka menuju ke lantai bawah. Taman cukup membuatnya dapat bernafas. Setidaknya, deretan bunga Bougenville dapat membuatnya bernafas meskipun tidak plong.

Rahma kehilangan banyak darah. Hanya itu yang bisa Kak Rahmat dengar. Dirinya tak mampu mendengar kemungkinan-kemungkinan lain. Sedangkan golongan darah O rhesus negatif sedang kosong di rumah sakit ini. Dan betapa beruntungnya, tidak ada keluarga atau kerabat yang memiliki golongan darah yang sama.

Rahma & Rama (End, Complete) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang