44. Dibalik Jatuhnya Rahma

20 3 0
                                    

Rama

Peluit dibunyikan tanda berlari dimulai. Rahma berlari dengan kencang. Selain pintar dalam pelajaran, dia juga pintar dalam olahraga ternyata.

Posisi terdepan masih dipertahankan oleh Rahma. Sedangkan urutan kedua Mela. Cielah… aku malah kayak di perlombaan.

Posisi pertama Rahma, kedua Mela, ketiga Rania, keempat Bunga, dan terakhir Liana. Tidak heran kalau Liana terakhir sih. Dia kan emang minus dalam olahraga.

Saat Rahma hampir menang, Mela menyalahi garisnya. Dia berlari menuju Rahma. Dan terjadilah hal itu.

Rahma jatuh karena dijegal Mela!

"Rahma!"

Sontak aku berteriak karena Rahma jatuhnya sangat keras dan dia tergeser beberapa meter. Bahkan dia sudah sampai garis finish.

Aku berlari menuju Rahma yang udah dikerubungi sama Liana dan Rania. Aku menatap ke belakang. Mela tidak ikut menolong Rahma.

Aku ingin sekali melabrak Mela sekarang juga. Tetapi aku melihat wajah ketakutannya membuatku urung melakukan.

Aku menyibak kerumunan itu dan melihat keadaan Rahma. Dia yang semula jatuh tersungkur kini sudah duduk dengan kaki yang diselonjorkan.

"Rahma, lo nggak papa?"

Rahma tidak menjawab pertanyaan ku. Bahkan menoleh pun tidak. Mungkin dia tidak mendengar. Dia dibantu Liana dan Rania untuk duduk di pinggir lapangan di bawah pohon.

Lihat saja. Aku akan buat Mela menyesal melakukan hal itu.

*****

Setelah Rahma diobati dokter, dia langsung pulang tidak melanjutkan pelajaran sampai jam terakhir.

Aku dan beberapa teman sekelas disuruh untuk ke ruang BK guna bersaksi kejadian tadi pagi.

Mela duduk di depan guru BK dengan menunduk. Sok bersalah dia tuh!

"Jadi, bisa ceritakan bagaimana Rahma Aisyah bisa jatuh saat pelajaran olahraga?" tanya Bu Sasa selaku guru BK kami. Tatapannya sangat tajam menatap kami semua. Bahkan semua yang ada di ruangan ini sampai menunduk.

Kami menunggu jawaban dari Mela. Tetapi dia malah tetap menunduk dan memainkan jari-jarinya.

Pak Agus memutuskan untuk bercerita. "Jadi begini, Bu. Tadi Rahma dan Mela giliran untuk berlari. Si Rahma itu udah mau sampe di garis finish, tetapi yang saya lihat saat itu si Mela malah menyalahi garis."

Bu Sasa mengangguk. "Iya. Maksudnya menyalahi garis bagaimana ya?"

"Masing-masing anak itu sudah diberi garisnya sendiri-sendiri sebagai jalurnya. Tapi Mela malah berlari di jalurnya Rahma dan saya melihat itu Mela menjegal kaki Rahma hingga jatuh."

Bu Sasa lagi-lagi manggut-manggut. Tatapannya beralih ke Mela yang masih menunduk.

"Mela, apa benar seperti itu?"

Mela belum menjawab apa-apa Melalui lisan atau gerakan tangan.

"Mela…" Kali ini Bu Sasa menghaluskan gaya bicaranya.

"Ngaku nggak lo, Melampir!" teriak Liana. Tetapi nihil. Mela belum menjawab.

Bu Sasa menghela nafas. "Melati Ardya Devina, ibu ulang. Apakah benar kamu yang menjegal kaki Rahma?"

Akhirnya Mela mengangguk. Bu Sasa menyenderkan punggungnya dan menghela nafas.

Bu Sasa memijit pelipisnya. "Aduh… pusing. Melati kenapa kamu melakukan hal itu pada Rahma? Saya lihat kamu dan Rahma itu berteman baik."

Rahma & Rama (End, Complete) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang