47a. Kembali

20 3 0
                                    

Assalamu'alaikum

Happy Reading

*****

Sedari tadi, aku bingung sendiri. Mau mengungkapkan tapi kupikir-pikir lagi akibatnya.

"Emm…"

Ayah memandangku. Begitupun Bunda. "Sudah lima kali kamu menggumam lho. Ada apa?" ungkap Ayah.

Aku malah tetap menggumam. Saat seperti ini aku membutuhkan Kak Rahmat untuk mencari alasan.

"Yah, Bun, kalau melayat ke orang yang udah meninggal, perbuatan yang baik kan?"

Ayah dan Bunda saling lirik. Aku menunduk dan meneguk saliva berat.

"Baik dong," jawab Ayah dengan nada riang lalu kembali makan. Aku menghembuskan nafas lega.

Baik pembukaan sudah bagus. Sekarang tinggal inti. Aku yakin pasti bisa mengucapkan ini!

Menghela nafas panjang, aku bersiap mengucapkan. Dengan mantap aku menatap kedua orang tuaku yang sangat aku sayangi, aku cintai.

"Kalau begitu, Rahma mau ke makam-"

DrtDrt

"Bunyi hp siapa itu?"

Aku menghela nafas kasar. Siapa yang menelepon, rencana aku kan gagal. Padahal sudah mantap.

"Hp Rahma."

Aku mengambil ponsel dari meja ruang keluarga. Jarak meja makan dan ruang keluarga sangat dekat, hanya dibatasi dengan 2 anak tangga saja.

Rama.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam. Ya Allah, Rahma, baru aja salam udah kesal dulu."

Aku berdecak. "Cepet mau bilang apa? Gue baru makan ini!"

"Santuy, Bosque. Oke oke, gue mau ngomong langsung nih."

"Cepet…" aku menggeram.

"Rahma lo tahu kalau penggemar gue banyak kan ?"

"Rahma, lo tahu kan? Kan, kan?"

"…"

"Rahma?"

"Lo mau ngomong apa sih sebenarnya?!" Aku berteriak. Seketika Ayah melihat aku.

"Iya iya-"

"Daritadi ngomong iya iya aja? Cepet!"

"Rahma, lo tahu hari ini gue dapat sesuatu!"

Aku memutar mata malas. Rama daritadi bertanyaaa terus. "Cepetan mau bilang apa? Daritadi ngomong itu terusss"

"Tebak dulu."

"Lo dapet hadiah dari fans lo lagi?" Aku menjawab asal.

Rama terkekeh disana. "Iyaa. Gue dapat surat cintah."

"Huek! Gaya bicara lo geli banget tahu nggak!"

Rama malah tertawa. "Gue dapet coklatt…"

"Terus gue bilang wow gitu?! Cepet lo bilang sekarang atau nggak gue tutup!"

"Eh iya iya." Dia kalau nggak serius aku matiin langsung ini. "Gue dapet surat-"

Tut!

Aku langsung membanting ponsel diatas meja. Tenang tidak kencang. Lagi-lagi Ayah dan Bunda menatapku dengan tatapan kepo. Jangan-jangan sudah daritadi melihat aku.

Rahma & Rama (End, Complete) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang