35. Classmeeting II

20 3 0
                                    

Assalamu'alaikum

Happy reading

**********

Sorak-sorai di gedung olahraga SMA Nusa Indah itu sangat riuh. Beberapa ada yang menyanyikan yel-yel untuk kelasnya. Beberapa lagi ada yang berteriak-teriak memanggil nama anggota basket sambil memukul-mukul balon suporter.

Dan yang paling riuh adalah dari tribun dekat ring. Ya, itu adalah sekelompok suporter kelompoknya Kak Raihan—kelas XII IPA 1. Ada yang membawa panci, drum. Entah dapat darimana mereka. Mungkin punya Ibunya dibawa.

Aku lupa sama Liana. Liana tadi langsung nyelonong masuk ke dalam gedung setelah menginjakkan kakinya di halaman sekolah. Dia seperti adikku yang sudah masuk ke Timezone sedangkan aku sebagai kakaknya hanya menontonnya.

Terserah lah dia mau kemana. Lagipula aku juga sibuk. Dia palingan udah di salah satu orang yang berteriak-teriak memanggil nama Kak Raihan. Biarkan saja…

Baru saja aku menasehati Liana agar tidak zina mata, eh aku malah terpukau dengan permainan Kak Alif.

Astagfirullah.

Aku memutuskan untuk pergi keluar saja. Setelah keluar angin langsung berhembus membuat kerudungku ambyar.

"Huwaa… my jilbab…." Kadang-kadang jiwa bar-bar ku keluar. Saat ini aku memakai jilbab segi empat yang membuat mudah terbang.

Aku dengan cepat meniup-niup jilbab bagian atasku. Sudah mleyot.

"Nah… bagus." Seketika aku ingin masuk kembali saja. Aku membalikkan badan eh malah ada yang menabrak aku hingga jatuh tengkurap. Entah bagaimana dia menabrakku tadi hingga jatuh ku tidak elit begini.

Orang itu ternyata jatuh menindihku. Lalu dia dengan cepat berdiri setelah mengucapkan maaf kepadaku.

"Maaf." Setelah itu dia pergi.

Sebenarnya aku ingin mengeluarkan semua unek-unek ku. Kini kerudungku yang kotor.

Orang itu benar-benar misterius. Malam-malam gini berkeliaran di sekolah. Bukannya nonton malah jalan-jalan di sekolah. Aneh. Eh bukannya aku juga jalan-jalan di sekolah. Hah… pokoknya aku beda dengan dia.

Sebenarnya orang itu benar-benar misterius. Memakai hoodie, celana hitam. Semuanya serba hitam.

Apa mungkin dia termasuk pengurus OSIS? Tapi kebanyakan pengurus OSIS itu ramah-ramah dan sopan.

Lebih baik aku lanjut berjalan lagi.

"Gusti…"

Suara itu membuatku berbalik lagi. "Eh?"

"Gue kira lo setan, Rahma."

Mataku melotot. "Heh! Gue cantik-cantik gini dikira setan."

Rama menghela nafas. "Kegeeran banget sih lo. Tapi emang sih lo cantik."

"Nggak usah gombal. Gombalan lo itu nggak mempan sama gue. Receh lagi."

Rama hanya menyengir. "Lagian lo pake kerudung hitam kaus hitam itu ngapain malam-malam gini?"

"Ini udah seragam sama OSIS. Lo lagi ngapain berkeliaran di sekolah malam-malam? Nggak nonton kan?"

"Iya dong." Ku kira dia pasti akan berkilah. Setelah itu dia sedikit mepet-mepet aku dengan matanya yang menatapku intens. Wajahnya juga mendekat ke wajahku. Jantungku berdetak abnormal.

Setelah kurang dari 5 cm lagi mendekat ke wajahku, aku langsung menendang kakinya tepat di tulang kering. Dia mengaduh kesakitan.

"Aduah…"

Rahma & Rama (End, Complete) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang