49. After Grief

29 4 6
                                    

Assalamu'alaikum

Happy Reading

*****

Sesudah Duka

Setelah tiga hari tidak masuk sekolah, akhirnya aku masuk sekolah. Berangkat… naik motor sendiri. Sudah tidak waktunya aku masih manja-manja. Harus belajar mandiri. Harus bisa menjaga diri sendiri.

Memang aura di rumah sangat… berubah. Dulu Bunda pagi-pagi pasti sudah buat dapur berantakan karena menyiapkan sarapan. Sekarang—pagi tadi—Bunda masih mengurung diri di kamar. Aku sih maklum tak apa.

Sarapan? Ada Kak Ifah. Kak Rahmat dan Kak Ifah menginap dulu di rumah.

Langkah kakiku berhenti saat hampir menabrak seseorang di belokan tangga. Aku yang saat itu menunduk, mendongak.

"Oh, maaf."

"Hmm… aku juga minta maaf. Permisi, Kak."

Aku lagi males menanggapi orang. Tak kusangka, dia memanggilku.

"Rahma. Gue turut berduka atas meninggalnya Ayah lo."

"Ya. "

*****

"Oke, karena kita udah baikan, mari kita have funnn…" teriak Liana histeris sambil melompat-lompat. Lalu disambut dengan Mela memeluk Liana dan juga ikut melompat-lompat. Sedangkan aku dan Bunga hanya menatap berdua malas.

Aku dan Bunga sudah baikan.

"Untung aku bersyukur," ucap Bunga. Aku mengiyakan.

Liana dan Mela berhenti melakukan tingkah absurd. Mereka berdua menatapku.

"Eh ayo dong ikut seneng."

"Udahlah. Mending ayo ke kantin aja aku traktir." Bunga tersenyum sumringah.

Aku pun tidak bisa menahan senyumku. Ya… udah lama banget nggak ditraktir sama sultan.

"Hayuk hayuk, Bung," ucapku menggandeng tangan Bunga.

Mela menatapku sinis. "Heleh, giliran traktiran hayuk, Bung." Dia juga menirukan suaraku. Aku hanya meringis.

"Iyaa, lama banget nggak sih ditraktir ama sultan." Liana mencolek dagu Bunga.

Bunga hanya diam menurut saja. Dia juga tidak mampu menghindar karena tangannya aku pegang.

*****

Setelah sampai di kantin—yang untungnya mendapatkan meja—kami makan. Kami memesan makanan dan minuman yang sama. Kami juga tahu diri tidak memilih makanan yang mahal hanya karena ditraktir Bunga.

4 Semangkuk bakso dan 4 jus jeruk sudah ludes. Tinggal menyisakan mangkuk-mangkuk kosong yang bersih. Bahkan kuahnya pun tidak tersisa. Justru ini adalah berkahnya, guys. Ayo makan hingga habis, kata Bunga. Kami hanya menyanggupi kata 'pemberi saham'

Makanan udah habis, kami memilih membeli snack kering. Kacang atom, kuaci, keripik kentang sebagai teman ngobrol kami. Rasa-rasanya sudah lama tidak ngobrol bebas gini.

Sejenak aku melupakan kesedihan tempo lalu. Yah... hanya dengan sahabat, aku bisa lupa dunia.

"Kalian tahu nggak sih, sejauh apa hubungan Bunga dan Kak Alif," ucap Mela bisik-bisik. Tentu saja dengan senyum jahilnya. Bunga yang di sebelahnya sontak memukul lengan Mela, dia mengaduh.

"Flower, sakit tahu!"

"Ya kamunya, dasar ember!" Bunga berteriak. Untuk seorang Bunga yang pendiam, dia jarang berteriak hampir tidak pernah. Sontak seluruh pasang mata menatap kami.

Rahma & Rama (End, Complete) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang