25. Terserah!

28 2 0
                                    

Assalamu'alaikum

Happy reading

*****


"Rahma"

"Rahma"

"Hehehe… kak Alif"

Dua orang memanggil namaku. Sedangkan aku sudah malu. Semoga saja kak Alif tidak berpikiran lebih denganku.

Semua orang yang menunggu pada mengerubungi aku. Salah satunya dengan menolong ku yang jatuh.

"Apakah kamu buta?"

Mataku melotot mendengar orang yang menolongku tadi. "Tidak! Aku tidak buta!"

"Terus kenapa tadi nabrak orang, mbak."

"A-aku t-tadi eum… tadi… aku"

"Dia adik saya, mbak. Dia sedang buru-buru mau pulang soalnya udah sore."

Semuanya yang disana ber-oh membuat suara yang ramai. Setelah kerumunan itu pada bubar menyisakan aku, kak Rahmat dan kak Alif.

Aku tersenyum pada kedua cowok ini yang melihatku secara terang-terangan. Kak Alif menatapku dengan datar, kak Rahmat menatapku dengan tajam. Sungguh mengerikan.

"Udah dong jangan natap aku seperti aku. Salah tingkah nih akunya," ucapku dengan tersenyum canggung.

Kak Rahmat menghembuskan nafas. "Dasar bandel." Setelah mengatakan hal itu, kak Rahmat menarik tanganku menjauh dari sana.

"Ihh…  kak… itu ada kakel ku. Aku belum nyapa dia," rengekku menatap ke belakang arah kak Alif berdiri yang juga menatapku.

"Udah ah. Nggak usah berontak. Tadi juga udah nyapa. Sok kenal aja kamu," ucap kak Rahmat sambil berjalan terus tanpa menatapku.

"Ihh! Aku kenal sama dia!"

"Ini rumah sakit! Nggak usah teriak-teriak."

"Kak Rahmat!!"

*****

Aku langsung masuk setelah mengucapkan salam dan mencium tangan Bunda dan Ayah yang masih menggantung tanpa mendengar jawaban salam mereka. Aku kesal dengan kak Rahmat.

Tadi kak Rahmat langsung menuju ruangannya mengambil tas dan tasku lalu mengajak pulang tanpa berbicara dengan kak Alif. Dikira aku tidak sopan sama kakel nanti.

Tok tok tok!

"Udah dong marahnya." Aku yang saat itu sedang rebahan langsung menatap pintu. Biarkan saja. Itu hukuman buat kak Rahmat yang udah buat aku kesal.

"Kakak masuk, ya?"

Terdengar suara kenop pintu terbuka. Kak Rahmat masuk, aku pura-pura tidur dengan membelakangi pintu.

"Kakak tahu kamu tidak tidur"

Aku mendengus. "Mau apa sih?"

Kak Rahmat ikut merebahkan tubuhnya di sebelahku. "Kapan kita nggak Q-time bareng ya?"

Aku membuka mataku. Kenapa kak Rahmat membuka percakapan ini. "Nggak tahu aku lupa."

Kak Rahmat menghembuskan nafas yang sangat panjang. "Kakak ingin jalan-jalan sama kamu, dek." Dia menjeda. "Untuk yang terakhir kalinya."

Aku melotot kaget. Aku langsung berdiri dan menatap  kak Rahmat dan "Maksudnya?"

Kak Rahmat tersenyum. Tersenyum tidak mengenakan. "Kakak Minggu depan mau nikah, Rahma."

Rahma & Rama (End, Complete) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang