51. Rencana Sinta

21 4 3
                                    

Assalamu'alaikum

Happy Reading 🌷




*****






Rama

Muak! Hingga rasanya aku ingin mutah! Sepanjang perjalanan di koridor aku tak henti-hentinya memeragakan ingin muntah. Terserah apa pikiran orang yang aku lewati.

Brakk!

"Lah ngapain nih, bocah?!" Dimas bangun dari tidur nggelosornya.

"Nggak apa-apa."

Mulut Dimas komat-kamit entah mengucapkan apa. Semoga saja mulutnya mengucapkan istighfar saja daripada mengumpat!

Sinta baru saja minta maaf pada Rahma. Dan si Rahma, dia malah memaafkannya? Sungguh tidak kusangka. Aku kira, Rahma tidak mau memaafkan Sinta begitu saja. Harus ada persyaratannya, tapi Rahma menerimanya dengan cuma-cuma.

Pantas saja dia tadi tidak menemui aku di depan perpus. Lebih baik, aku kembali ke depan perpustakaan saja menunggu Rahma membawa jajan.

"Woy, mau kemana lo? Baru aja datang malah nyelonong pergi lagi."

"Nunggu jajan."

Untung bangku itu masih kosong belum diduduki orang. Aku duduk di sana menunggu Rahma datang. Mendesah dan memejamkan mata membuatku tenang dan nyaman. Angin sepoi-sepoi, damai, jauh dari keramaian-

"Sinta udah nggak berada di pihak kita lagi, Chy."

"Udah gue duga, anak sok anggun itu nggak tegaan."

"Gue yang duga, bukan lo. Dulu udah gue bilangin tapi lo aja ngeyel."

"Saat itu gue rasa Sinta mempunyai dendam sama Rahma, Jenni. Udah berapa kali gue bilangg!!"

Aku terhenyak mendengar percakapan dua orang anak perempuan itu. Saat itu juga aku menciduk dua orang itu.

"Chyara… Jenni." Aku bersidekap dada menatap dua anak perempuan ini yang masing-masing terkejut. Chyara mulutnya membuka tutup, sedangkan Jenni tidak sama sekali mengubah raut wajahnya. Datar.

"Udah gue duga kalau kalian semua dalang dari semua kejadian ini."

Meskipun Chyara sudah keciduk, dia masih saja memasang wajah angkuh. "Dalang dari semua kejadian, apa? Hah, aneh."

Jenni menatapku datar. Aku hampir saja dibuatnya tidak bisa bernafas. Sungguh, wajahnya sangat mengerikan. Meskipun wajahnya datar, rautnya sangat mengerikan.

"Rama, lo ngapain di sini? Lo tahu kan kalau menguping pembicaraan orang itu dosa? Atau…" Jenni menatapku dengan menggoda. Dan aku paham apa maksudnya. Kemudian, Jenni melangkah perlahan menuju aku. Sontak, aku memundurkan langkah.

"Lo mau ngapain? Dulu cupu sekarang udah gila!" Saat itu aku lupa untuk mengontrol ucapan.

Jenni tersenyum miring. "Akhirnya lo tahu maksud gue. Jadi sekarang lo jauh-jauh dari kita!"

"Nggak! Jelasin apa maksud kalian nyelakai Rahma? Jangan jawab kalau gabut."

"Lo nggak perlu tahu, Rama," jawab Chyara, "Meskipun ini ada sangkut paut dengan lo."

"Jauhi Rahma kalau nggak pengin dia celaka!" Chyara menunjuk bahuku membuatku mundur satu langkah. Setelah itu, dua perempuan gila itu pergi.

"Mulai detik ini, jauhi Rahma!"

Chyara sempat memperingatkan sebelum dia pergi.

"Hah, gue nggak peduli!"

Seharusnya aku tahu kalau Chyara dan Jenni dalang semua ini. Bukan nuduh Liana.

Rahma & Rama (End, Complete) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang