2. Awas Jatuh Cinta

123 18 0
                                    

Happy reading

****

Hari ini hari kedua MOS telah selesai. Semua panitia MOS masih berkumpul di aula. Rencananya sepulang sekolah akan diadakan gladi bersih sebelum pentas ekstrakurikuler untuk besok.

Aku yang merupakan panitia MOS masih di dalam aula. Semua yang mengikuti pentas  berkumpul di aula. Sekarang sudah pukul lima sore. Tapi sekarang belum pulang. Sekolah ditutup sejam lagi. Ini gara gara ekskul musik. Gitaris band nya tidak ada. Sehingga membuat kami semua menunggu lama.

Sebagai informasi aku juga mengikuti ekskul musik. Aku dapat memainkan biola. Aku juga bisa memainkan gitar tetapi aku panitia MOS. Jika tidak ada siswa yang bisa menggantikan 'gitaris yang hilang' itu, aku boleh mengikuti pentas itu.

Daritadi Angga, si vokalis menyuruhku untuk menggantikan 'gitaris yang hilang' itu. Tapi aku menyuruhnya untuk menunggunya sebentar. Angga juga sudah menghubungi anggota ekskul musik yang bisa main gitar menggantikannya.

"Pliss.. Rah gantiin Dimas ya?" Angga mulai menyuruhku lagi. Jujur aku kasihan padanya. Dia sebagai ketua ekskul takut jika tidak ada yang mau mengikuti ekskul musik. Aku juga aslinya mau tapi aku sudah terlalu lelah. Penampilan ekskul musik nanti malah tidak karuan.

"Ngga tunggu aja. Palingan ada yang otw kesini nanti. Tunggu dulu ya."

"Rahma tolong se..."

"Gue bisa gantiin Dimas."

Perkataan Angga seketika berhenti mendengar suara berat memasuki belakang panggung. Aku dan Angga menoleh ke suara berat itu. Dia lagi.

"Rama. Ya Tuhan terima kasih." Angga menghampiri Rama.

Aku menatapnya malas. Buru-buru aku turun ke bawah karena urusan ku telah selesai.

"Oi." Rama mencengkal tanganku. Aku menghentakkan tangannya kasar.

"Bukan muhrim." Aku melanjutkan turun ke bawah.

Lebih baik aku menonton penampilan ekstra paduan suara. Aku melupakan masalah ku dengan Rama. Sudah terlalu lelah.

***


Besoknya aku berangkat pagi lagi. Seperti biasa setelah menstandarkan motor aku segera menuju ke aula. Jika biasanya ke lapangan sepak bola kini langsung ke aula. Untuk menyiapkan segala keperluan pentas nanti.

"Rahma nanti tolong tertibkan peserta didik baru ya. Kemungkinan nanti kelas XII dan XII juga ikut nonton." Perintah kak Rafli. Ketua OSIS.

"Siap kak."

Aku menuju ke barisan belakang. Kemungkinan para kaum Adam banyak yang disana yang duduk tidak beraturan. Tentu saja aku ditemani seorang laki-laki. Aku mengajak kak Lana.

Aku memutuskan duduk di barisan belakang sambil menonton pertunjukan juga memantau siswa-siswi baru. Para ekskul menunjukkan kebolehannya. Mereka melakukan pertunjukan yang terbaik untuk mengambil hati para siswa baru. Aku juga melihat ada Liana. Dia mengikuti ekskul paduan suara.

Waktunya ekskul musik untuk maju. MC mempersilahkan mereka untuk naik ke atas panggung. Para penonton bertepuk tangan. Ku lihat Rama memakai seragam band lengkap dengan gitar yang dikalungkan di leher nya. Entah aku yang geer apa aku terlalu fokus padanya. Rama memandangku sekilas lalu memutuskan pandangan nya.

Suara tepuk tangan mereda tergantikan dengan petikan senar Rama memainkan instrumen lagu Sheila On Seven - Lapang Dada.

Angga terlihat menghayati lagu itu. Sang penonton juga ikut bernyanyi dengan tangan di lambai-lambaikan. Sepertinya di aula ini berisi orang-orang ambyar. Apa karena aku yang tidak pernah merasakan rasanya putus. Karena menurutku lagu ini tentang orang yang tidak bisa move on. Kalau kata orang gamon.

Lagu itu selesai disusul dengan tepuk tangan yang memenuhi ruangan tersebut. Tanpa kusadari telapak tangan ku bertepuk tangan. Lagi-lagi Rama memandangku lagi dan bodohnya aku ikut memandang wajahnya.

"Wahh.. sepertinya ekskul band telah mengambil hati para siswa baru." Terdengar suara MC hingga memutus pandangan ku dengan Rama.

"Tes.. tes.. tes... Maaf gue akan menyanyikan sebuah lagu untuk seorang perempuan yang menurut gue sangat cantik. Dia duduk di barisan belakang." Tiba-tiba Rama bicara itu di depan. Rama telah pindah ke tempat vokalis. Dia mau nyanyi buat siapa?

Tunggu. Aku kan perempuan sendiri di barisan belakang. Sebelah ku kak Lana. Dan di barisan belakang itu hanya ada kami. Sontak semua mata menuju ke arahku. Aku melotot.

"Dia yang sedang melotot." Lanjut Rama.

Aku malu dan juga marah. Aku menyembunyikan wajahku di belakang punggung kak Lana. Aku sudah nggak kuat di pandang semua orang dengan tatapan seperti menginterupsi.

Semua orang di aula itu mengatakan 'cie-cie. Ada pula yang bersiul-siul. Terutama anak kelas XII. Ada pula yang memberikan tatapan sinis. Terutama kakak kelas perempuan. Secara kan si Rama ganteng, kata Liana.

"Hey sudah jangan ganggu dia. Dia ini berbahaya kalau sudah marah. Kata-kata pedasnya bisa keluar. Bisa membuat sakit perut dan tidak bisa tidur tujuh hari. Gue ini sudah pernah ngalamin. Langsung saja gue akan nyanyi lagu khusus untuk dia. Rahma."

Aku masih berlindung di balik kak Lana. Bisa-bisanya dia mengatakan hal itu di depan orang banyak. Kak Lana juga mengganggu ku.

Rama mulai menyanyi lagu. Dia menyanyi lagu dari Armada - Awas Jatuh Cinta. Aku ingin segera acara ini selesai. Aku ingin melampiaskan amarahku pada Rama.

****


Setelah acara itu selesai aku cepat-cepat berdiri dan mencari Rama. Aku tidak peduli nanti dibilang panitia tidak tanggung jawab yang penting aku harus menemui Rama. Kak Lana juga memanggil-manggil namaku daritadi. Tapi aku memilih mengabaikannya.

Rama itu sudah buat masalah denganku dua kali. Masalah lama saja belum selesai ditambah masalah lagi.

Tapi karena aula itu ramai, aku menabrak bahu orang. Hampir aja jatuh jika tidak segera menguasai badan.

"Sorry. Nggak sengaja." Aku tidak melihat orang itu. Aku menunduk, takut jika orang itu meledekku.

Pasti kalian bertanya kenapa aku minta maaf? Kenapa tidak harus marah saja? Aku cukup tau untuk tidak membuat ku terkenal. Terkenal ini memiliki artian yang jelek.

Setelah aku sampai di belakang panggung, aku mencari Rama. Mataku menyapu ruangan itu hingga ke sudut dan belakang. Aku tidak menemukannya. Aku malah melihat Angga yang sedang bicara dengan anggotanya. Ingin menghampiri dia, tapi kalau diledek gimana. Kuputuskan untuk tidak menghampirinya.

Aku menggeram dalam hati. Awas saja jika aku bertemu dengannya. Ingin ku buat rempeyek.

Aku memutuskan untuk kembali ke aula saja.

****


Tbc.

Vote kalau suka⭐

Rahma & Rama (End, Complete) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang