13. Surat dari Masa Lalu ( 1 )

32 4 0
                                    

Happy reading

*****

Rama's POV

Aku dan Rahma melanjutkan perjalanan menuju ruang guru. Setelah meletakkan tumpukan buku tugas Fisika, aku dan Rahma akan kembali kelas. Tetapi suara Bu Irma-- wali kelas kami menghentikan langkah ku.

"Rama, Rahma," ucap Bu Irma

"Rama kan ketua kelasnya?"

"Iya saya Rama," ucapku.

"Kebetulan sekali. Tadi saya akan berbicara tentang perlengkapan kelas tapi kamu nggak ada, kenapa?"

"Saya tadi dihukum disuruh buang sampah karena tidak kerjakan PR, Bu," ucapku sambil cengengesan.

"Oo lain kali jangan diulangi ya, Ram. Ah.. saya mau bilang kamu dan bendahara kelas, saya suruh untuk beli perlengkapan kelas. Ini listnya. Kamu jangan lupa untuk musyawarah dengan bendahara ya?" Bu Irma tersenyum. Meskipun beliau umurnya sudah menginjak kepala lima tetap cantik.

"Kebetulan ini bendahara kelasnya, Bu." Aku menunjuk Rahma.

Rahma tersenyum pada Bu Irma. "Iya saya bendahara kelasnya, Bu. Nanti akan saya diskusikan dengan Rama."

"Iya. Maafkan ibu ya biasa sudah tua jadi lupa-lupa ingat."

"Iya Bu nggak apa-apa."

"Yaudah kalian boleh pergi."

"Baik bu. Permisi," ucapku dan Rahma bersamaan.

*****

"Rahma kira-kira kapan kita nge-date?"

"Nge-date apaan sih? Tuh bener kan kalau lo itu a-n-e-h aneh."

Rahma melemparkan bola-bola kertas yang dibuatnya padaku. Untung aku menghindar, meskipun dilempar bola kertas itu tidak sakit. Aku tertawa menang karena menghindari bola darinya. Aku balas membuat bola-bola kecil dari kertas lalu melemparkannya pada Rahma. Kami malah saling perang bola kertas.

Kalau kalian tanya mengapa aku dan Rahma bisa bermain perang bola ini, karena aku terkunci diluar kelas. Setiap istirahat guru BK selalu mendatangi kelas-kelas secara acak untuk melakukan razia. Entah keperluan mengecek kuku, atribut seragam atau lainnya. Nah setiap guru BK masuk ke kelas, pintunya ditutup agar tidak ada yang keluar. Dan kelas tersebut tidak bisa istirahat.

"Rahma kita kan akan belanja untuk perlengkapan kelas."

"Besok-besok ajalah. Gue males." Rahma berhenti melemparkan bola kertas padaku. Dia mulai membuat bola-bola kertas.

"Lah? Kenapa males? Biasanya cewek itu hobinya shopping."

"Ya.. males aja. Lo mau tau alasan gue?"

"Ehmm.. boleh."

"Seriusan..." Goda Rahma.

"Yaudah nggak jadi."

"Yah.. marah."

"Yah.. goda.."

"Apasih lempar nih lempar!!" Rahma berteriak marah sambil mengambil ancang-ancang akan melempar sepatunya.

"E.. eh.. iya. Yaudah kapan nih kita beli perlengkapan kelas nya?"

Rahma memakai kembali sepatunya. "Terserah aku sih nurut aja." "Bagaimana kalau besok?" usul Rahma.

"Jangan besoklah.. kakak gue aja baru lahiran. Lusa aja gimana?"

"Terserah. Nanti gue izin orang tua dulu ya."

Rahma & Rama (End, Complete) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang