69. Best Friend Ever

20 3 0
                                    

Rahma

Salma berdecak, membuang muka. "Udahlah! Belum waktunya bilang makasih. Sekarang dengerin gue. Rencana ini udah gue pikir matang-matang. Resikonya apa, kemungkinan gagalnya apa, dan gue udah nyiapin dua rencana jika rencana pertama gagal."

"Lo! Lo Syah, harus paham yang gue bicarakan. Aslinya gue paling males ngomongin soal rencana-rencana ini ke lo yang tingkat ketakutannya sangat tinggi. Baru aja diskusi tentang rencana udah keringetan dingin kan lo? Cih, bagaimana besok saat action."

Aku menghela nafas berat.

"Iya-iya. Mentang-mentang aku dulu paling nggak paham kalau ngomong tentang rencana. Sekalinya ikut action malah hancur rencananya. Sekarang udah kebal aku, cepetan ngomong apa rencananya?"

Salma tersenyum meremehkan. "Beneran? Gue masih belum percaya."

Astaghfirullah…

"Oke-oke. Dengerin baik-baik, jika perlu catet!"

"Salma…"

Salma tertawa renyah. Lama tidak melihatnya tertawa begitu dengan sedikit gengsi. Setelah itu dia kembali datar nan serius.

"Dengerin gue. Ara nggak mungkin mau diajak ketemu langsung bilang iya. Jadi lo harus buat dia yang ngajak ketemuan sendiri."

"Gimana caranya?"

Salma malah tersenyum misterius. Aku paham apa maksudnya, pasti disuruh cari sendiri. Cara buat Ara bilang ketemuan sendiri?

"Gue tinggal dulu mau ambil roti yaa… gratis kan?" Salma beranjak.

"Hmm…"

Selama ini kan aku tidak pernah tahu ada Ara di sekitarku. Tahu pun diberitahu Ara sendiri tidak tahu siapa Ara. Dan pasti dia berganti penampilan dirinya agar sulit untuk mengenalinya— termasuk aku. Ara kasih tahu aku gara-gara dikasih surat dan chat wa. Itupun tidak pasti. Contohnya akhir-akhir ini, ah… aku ingat!

Kalau dipikir-pikir, Ara ngechat aku kalau saat aku sedang sedih. Contohnya, baru saja dia chat aku saat dikeluarkan dari OSIS dan saat diskorsing. Ingat nggak saat ada cewe yang pake style hitam-hitam mampir ke toko Bunda? Oh-

"Salma aku udah tahu!"

Salma yang sedang makan roti berkarakter cabai menundanya. Ia menghampiri aku. "Oke! Setelah Ara bilang ngajak ketemuan… ikuti permainannya. Lo nggak usah takut, gue selalu berada di sisi lo. Rencana kedua ngga gue kasih tahu. Kalo rencana pertama gagal, gue yang maju!"

WhatsApp

Menurutku Ara, Chyara

Oke! Ketemuan dimana kita?
•12.14
Gue selalu siap kpn saja
•12.15

Ting!

Stlh lo main festival
•12.15
Gue akan brthu tempatnya
•12.15
Bgtu lo selesai, gue akn serlok
•12.16

Aku menggigit bibir bawah. Setelah festival? Itu artinya dua hari lagi. Kenapa lama sekali sih. Segera aku meng-ss percakapanku dengan Ara lalu mengirimnya ke Salma.

Okee!
•12.17

*****

Rama

"Aaa… Dimasss!"

Bagai anak ayam yang dikunci induknya di luar, begitu dibukakan pintu, anak ayam itu langsung ngacir ke pelukan induknya. Tetapi, Dimas dengan segenap tenaga menghindari pelukan Liana. Dimas berlari ke segala arah dengan tertatih-tatih yang penting tidak ke Liana. Hingga terjadilah aksi kejar-kejaran.

Rahma & Rama (End, Complete) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang