57. Night With Her

21 5 0
                                    

Assalamu'alaikum,

Happy Reading

*****

Rama

"Ramaa… Mami lagi malas masak makan malam nih. Beli diluar aja ya, kamu mau apa?"

"Terserah, Mi. Rama mau-mau aja kok makan apa aja." Aku masih sibuk menonton film di laptop. Karena tidak ada jawaban lagi, aku noleh memastikan Mami sudah pergi apa belum. Ternyata belum. Mami malah ikut nonton.

"Kayaknya enak ya soto ayam. Tuh, tuh lihat…" Mami menunjuk ke arah laptop. Disana terdapat dua pasangan yang sedang makan soto ayam.

"Iya, Mi. Mami mau soto ayam?"

"Iya, Mami mau. Tapi kamu kan nggak makan ayam."

Hmm… tidak makan ayam ya. Mengingatkanku pada Rahma yang sama seperti aku. Tidak makan ayam. Dia sedang apa ya sekarang? Apa dia masih sedih?

"Heh! Malah ngelamun. Mau nggak? Kalau mau ya cepet chat Papi, sekalian bawain soto. Keburu Papi pulang lho."

Aku melihat jam. Jam setengah delapan belum malam-malam amat lah.

"Nggak usah, Mi. Biar Rama yang beliin sekalian jalan-jalan."

*****

"Bang, soto ayam bungkus tujuh ya? Yang dua nggak pake ayam."

"Siap, Den. Tapi nunggu ya, baru buat pesanan Mbak itu,"

Sembari menunggu, aku bermain ponsel. Tidak ada yang chat di WhatsApp jadi aku membuka Instagram.

"Kak, kok disini sihh? Katanya kulinerann!"

"Ya Allah, ini juga kulineran. Uda ayo duduk. Eh ada Rama."

Tatapanku beralih ke dua orang yang berisik. Bahkan suara perdebatan mereka  berdua yang berada di sebrang, terdengar hingga sini. Ternyata mereka adalah kakak-beradik yang kukenal.

"Eh, ada Rama, Rah. Ayo ayo duduk di sebelahnya." Kak Rahmat duduk di sebelahku dengan kursi plastik. Rahma belum duduk. Dia membuang muka. Di mataku dia kelihatan imut.

"Nggak! Kulineran kok dekat! Yang jauh kek."

"Eh, ini udah jauh."

Rahma menghentakkan kaki kesal. "Itu kan kalau jalan kakii, Kak Rahmat!! Mana cuma nyebrang!"

"Udah ah sini duduk. Kamu laper nggak?"

Lagi-lagi Rahma menghentakkan kakinya. Tangannya meninju Kak Rahmat begitu dia duduk. Aku terkikik.

"Itu yang disebelahnya Kak Rahmat ngapain ketawa sendiri ya? Udah sinting kah?" Rahma memajukan tubuhnya hingga aku melihat wajah kesalnya.

"Ciee… perhatiin…"

"Dih! Berisik!"

"Haduh… kalian inii!"

"Yo, Mat!"

Pertengkaran kami terhenti saat terdengar seseorang memanggil Kak Rahmat. Serempak kami menoleh.

"Oh, Syam!"

Laki-laki yang bernama Syam itu balas lambaian Kak Rahmat. Syam itu mengisyaratkan untuk Kak Rahmat bergabung dengannya.

"Kalian Kakak tinggal dulu ya? Rama jangan aneh-aneh sama adek gue! Gue pantau dari sana. Dan…" Kak Rahmat mendekatkan bibirnya ke telingaku, "dia kayaknya lagi pms, jangan buat dia marah oke?!"

"Siapp!"

Aku dan Rahma menatap Kak Rahmat hingga Kak Rahmat duduk. Lalu kami saling menatap. Kursi tempat Kak Rahmat kosong.

Rahma & Rama (End, Complete) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang