75. Mari Kita Bertemu Setelah Segalanya Telah Baik-baik Saja

22 4 0
                                    

Flashback
Festival Seni Tahunan…

Di hari Sabtu itu, di hari festival dimulai, Rena datang ke festival. Awalnya ia malas. Festival? Sudah pasti acaranya ramai, suara musik yang keras, dan panas. Males bangett. Tapi di sisi lain ia juga penasaran dengan suasana festival.

Gadis itu sudah tau jika Rahma akan tampil disana. Katanya sih sebagai perjuangan mendapatkan Rama. Iya. Pertarungan mendapatkan Rama antara Rahma dan Sinta. Terdengar sungguh konyol. Tapi Rena menepis rumor itu. Nggak percayalah dan nggak peduli.

Setelah melihat sekilas penampilan berbagai musik klasik— termasuk Rahma dan Sinta— Rena memutuskan untuk pulang saja. Sudah bisa ditebak siapa yang menang. Yang pasti Rahma dan Sinta tidak juara 1. Sinta apalagi. Permainannya sungguh buruk. Penonton kecewa melihat penampilan perwakilan Indonesia untuk lomba internasional itu.

Jari Sinta yang masih terluka menghambat permainannya. Yang Rena herankan adalah, Sinta masih punya muka aja untuk tampil?

Sungguh malang nasib Rena. Semesta memang tidak mengizinkannya untuk pergi keluar rumah. Lihatlah, ban motor ojolnya bocor. Akibatnya ia harus berhenti di jalan. Mau tak mau ya harus berjalan menuju rumahnya.

Rumahnya tergolong pelosok. Ia sekarang berjalan yang sisi kanannya masih hutan. Nah dibalik hutan ini ada sebuah rumah, itu rumahnya. Tidak punya tetangga memang. Paling bertetangga dengan berbagai burung. Lebih mending daripada bertetangga dengan manusia yang julid.

Sebuah mobil melintas. Daritadi tidak ada yang melintas. Baru satu kali ini. Mobil itu berbelok ke sebuah bangunan Mall setengah jadi. Rena melongok dan hampir membuatnya berteriak.

"Astaga. Kak Rahma!"

Di mobil tersebut, keluarlah perempuan yang menyeret kasar perempuan lain. Rena sungguh kenal dengan dua perempuan itu. Chyara dan Rahma.

Melihat orang yang telah menyelamatkannya diseret kasar oleh Chyara, Rena tentu saja marah. Ia masuk ke gedung itu dengan amarah yang meletup-letup. Seluruh tubuhnya panas.

Menaiki tangga demi tangga dengan pelan, Rena akhirnya sampai di atas. Tapi…

Brakk!

Rahma dibanting di tumpukan kursi seperti barang tidak bernyawa dan berguna. Seketika, nyali Rena ciut. Dengan segera ia bersembunyi di balik tembok. Dirinya takut dan trauma.

Rena takut melihat orang bertengkar. Itu membuatnya mengingat pertengkaran keluarganya.

"Rena!"

"Oh?? Kak Aliff…" Rena memeluk Kak Alif yang tak lain dan tak bukan adalah kakak laki-laki kandungnya sendiri.

"Ngapain disini?" tanya Kak Alif dengan nada agak marah.

"Itu kak…" Rena menunjuk pertengkaran Chyara dan Rahma yang kini Chyara sedang lari-larian mengejar Rahma. Melihatnya, Kak Alif berdecak.

Ia pandangi wajah adiknya. "Kamu langsung pulang. Nggak usah lihat ke belakang, pokoknya harus pulang ke rumah! Paham?"

"Paham, paham Kak."

Rena meninggalkan kakaknya. Dan itu adalah sebuah tindakan yang sungguh membuatnya menyesal sampai kapanpun.

_____

Malamnya, sebuah telepon dari Kak Raihan menyampaikan berita buruk pun terjadi.

"Rena, gue baru tau kalo lo adiknya Alif. Tapi… kakak lo terluka. Dia ketembak. Kritis sekarang."

Di atas motor Kak Raihan, Rena menangis tertahan. Ia sungguh malu dan sedih. Malu karena dijemput pujaan hatinya dan sedih karena kakaknya— Rena tidak mau mengatakannya tapi hidup kakaknya berada diambang Kematian.

Rahma & Rama (End, Complete) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang