72. Dia Gadis Yang Menangis Dengan Backsound Lagu Emosi

33 6 5
                                    

Sorry karena update lama ;)

Happy Reading

Tak ada gunanya untuk menyesal berlama-lama, begitu selesai menyesali perbuatannya, Mela dengan tergesa-gesa berlari menuju panggung meninggalkan secangkir kopi susunya di cafe.

Rambut panjangnya ia biarkan tertiup angin ketika menyebrang ke tempat festival itu. Matanya menyisir sekitar, hanya orang-orang yang berteriak dan bertepuk tangan yang ia jumpai.

Mela melihat panggung. Disana tidak ada Rahma. Jantungnya berdetak lebih kencang karena cemas. Perasaannya tidak enak.

Tak ada cara lain, ia harus menelepon Liana yang akhir-akhir ini ia hindari.

Sembari menunggu diangkat Liana, Mela berputar-putar sekitar panggung meskipun harus rela mendengar cacian dari penonton yang ia tabrak. Tidak mendengar suara dari Liana, Mela malah langsung ketemu orangnya.

"Liana!"

Benar kalo Liana tidak ngangkat telponnya, Liana sedang jongkok nangis ditenangkan Bunga. Mela ikut jongkok. Melihat kondisi Liana seperti ini, Mela tidak mungkin bertanya padanya. Maka Mela menoleh ke Bunga.

"Bunga, Rahma dimana?" Mela berteriak mengalahkan suara MC yang berteriak histeris karena pemenang juara satu telah diumumkan.

Bunga menggeleng cepat, wajahnya cemas. "Nggak tau, Mel. Tetiba aja dia ilang. Ini kita lagi cari."

"Kapan ilangnya?"

"Barusan, Rahma kan menang juara tiga seharusnya dia kan yang maju ke panggung malah Sinta. Terus kata MC Rahma dah pulang."

"Terus udah tanya sama orang rumah," Mela belum puas dengan jawaban Bunga.

"Belom. Kita nggak berani tanya. Takutnya malah Bundanya Rahma khawatir."

Mela berdecak. Matanya beralih ke Liana yang juga menatapnya tidak mengenakkan. Liana curiga pada Mela, kalau dia bersekongkol dengan Chyara.

_____

Sepertinya keadaan festival yang ramai ini membuat keadaan semakin runyam. Ramainya membuat kepala pusing dan ingin meledak. Seperti pria ini.

Pria tampan yang sudah menikah tapi kelihatan seperti belum itu, sibuk dengan ponselnya. Menekan tombol telpon pada nomer adiknya dan selalu berakhir berdering, tidak terjawab. Wajah tampannya terlihat cemas sekali, alisnya bertautan.

Setelah Rahma tampil, Kak Rahmat meminta Rahma untuk mengirim share location active. Agar Kak Rahmat dapat memantau Rahma dari kejauhan melalui lokasi yang dikirimkan. Memang terdengar posesif, tetapi itulah cara yang efektif agar dapat memantau adiknya mengingat dirinya tidak bisa selalu bersama Rahma.

Barusan ditinggal sebentar, lokasi Rahma berhenti jauh dari tempatnya berada. Itu membuat Kak Rahmat cemas, nomer Rahma pun tidak bisa dihubungi. Sepertinya, ponselnya dimatikan.

Kak Rahmat beralih ke nomer lainnya. Pemilik nomer yang selalu ia percayakan untuk menjaga Rahma selama ini.

Rama.

"Assalamu'alaikum..."

Kak Rahmat akhirnya bisa bernapas lega meskipun hanya setengah. "Waalaikumsalam. Rama, tau nggak Rahma dimana? Beneran dia udah pulang duluan??"

Tidak ada sahutan dari sana. Kak Rahmat memastikan masih terhubung dengan Rama.

"Rahma sama Ara, Kak."

"Hah? Gimana? Diajak jalan-jalan gitu? Trus siapa Ara, teman barunya? Alhamdulillah deh kalau gitu gue bisa bernapas."

"Ara teman lamanya. Saudara kembarnya Cila."

Rahma & Rama (End, Complete) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang