18. Shopping Day

31 4 0
                                    

Assalamu'alaikum my readers

Happy reading

*****

"Aku yang berjuang, dia yang mendapatkan."

"Wah bagus itu buat story WhatsApp hari ini."

"Li, kenapa daritadi terus membaca caption yang ambyar-ambyar sih, pedes telingaku," cerocos Mela.

"Kamu kayak nggak tahu Liana aja, Mel," ucapku.

"Emang kenapa sih, Mel. Biasanya juga kalau Liana  baca caption nggak jelas itu kamu biasa aja," ucap Bunga. "Ah aku tahu kenapa kamu begini. Kamu pasti lagi seneng sama orang kan tapi orang itu malah suka pada orang lain kan. Hayo ngaku." Tangan Liana terancung ke wajah Mela.

"Apaan sih, Bung."

"Aku kok mencium bau-bau yang nggak enak ya…" ucapku.

"Nggak, Rah. Ini bau enak," celetuk Liana.

"Eh bau apasih?" tanya Bunga polos.

"Bunga ini kan bau pizza kita. Tuh… tuh… lihat mbak-mbaknya dateng ke kita."

Dan benar ada mbak-mbak yang mengantarkan pesanan pizza kami. Liana dan Bunga menghancurkan momen menggoda Mela.

"Yeay… datang juga… datang juga… masuk ke gua mami sayang… aem…" ucap Liana dengan bersenandung. Tetapi Liana bersenandungnya keras. Sehingga semua pasang mata menatap aneh ke arah kami.

Mela yang gregetan memukul lengan Liana lumayan kasar, "Malu-maluin aja kamu."

"Aduh… sakit tauk." Liana mengusap lengannya. "Biasanya aja juga malu-maluin," cibir Liana.

"Gue denger."

"Ups… maaf ratu. Maafkan Upik abumu ini, Ratu." Liana memperagakan hormat kepada Ratu.

"Kali ini Ratu maafin. Lain kali jangan diulangi Upik abu. Jika diulangi lagi Ratu akan mengubah engkau menjadi batu."

"Batunya buat siapa, Ratu?"

"Buat pangeran Raihan."

"Pangeran Raihan itu milik saya, Ratu."

"Upik abu sepertimu tidak pantas bersanding dengan pangeran."

"Tapi Rat—"

"Kalian ini ngapain sih?" Perilaku absurd Liana dan Mela berhenti saat Bunga menyuarakan suaranya.

"Tau tuh. Lihat pizza kalian udah dikerubungi lalat," timpalku sambil menunjuk pizza Liana dan Mela. Kami pesan 2 pizza jumbo  lalu dibagi untuk dua orang. Tentu ditraktir Bunga.

"Orang seperti Liana harus diberi pelajaran, Rah. Dia udah buat kita malu," bela Mela.

"Justru pertunjukan  'Ratu dan Upik Abu' kalian tadi jadi tontonan  gratis tadi. Kita yang malu." Bunga menunjuk ke kursi-kursi yang diduduki orang yang sedang tertawa sambil melihat kami.

"Liana ini gara-gara kamu." Mela menunjuk Liana yang sedang mengambil pizza.

"Teruskan… teruskan… aku terus."

"Ini kan emang gara-gara kamu." Mela terus menuduh Liana yang salah. Tetapi si Liana malah tetap makan terus.

"Ah… udah kenyang aku. Yuk kita ke tempat makeup. Ups habis pizza-nya, Mel."

"LIANA…"

*****

"Woah… warnanya bagus-bagus."

Rahma & Rama (End, Complete) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang