46. Surat Dari Orang Gabut

22 4 0
                                    

Assalamu'alaikum

Happy reading 🌷

*****

Rama

"Woy! Yang piket hari ini jangan pulang dulu!"

"Iyaa…"

Seksi kebersihan kelas XI IPA 1 dari tadi berteriakkk terus. Siapa lagi kalau bukan si Dimas. Kupingku sampe merah.

Salah aku juga memilihnya menjadi seksi kebersihan. Hufft.

"Rama!"

Mampus!

Aku berbalik tidak jadi ngacir keluar dari kelas. Padahal sudah diam-diam masih aja keciduk.

Dimas menghampiri aku lalu meletakkan kedua tangannya di dada. "Mau kemana kanjeng Rama?" tanya Dimas dengan suara dilembutkan.

"Ya Allah kucing gue kelaparan baru tahu gue. Kasihan banget kan, Dim, kalau kucing gue mati?"

Dimas menghela nafas. "Bukannya kucing lo udah mati gara-gara lo tabrak sendiri?"

Mulutku naik-turun. Aku meliriknya malas. "Jangan ingetin sama kejadian itu bisa? Masih membekas ini di hati." Aku pura-pura sedih.

Tapi sepertinya Dimas ikut sedih. Kentara kalau dia menunduk juga.

"Dim, gue kangen sama si Puput. Kucing putih gue yang paling gue sayanggg… banget."

"Gue juga pengin nangis lagi. Kucing lo itu yang udah temenin gue kalau lo nggak ada di rumah, waktu kecil dulu," ucap Dimas.

Yes! Akhirnya Dimas ikut sedih juga.

"Kalau gitu, gue mau beri makan Puput dulu ya? Dah, Dimas," ucapku dengan nada pura-pura sedih.

Aku kembali berbalik dan tertawa dalam hati. Kalau masalah Dimas itu gampang! Tinggal ingatkan sama Puput—kucing putih aku yang sudah meninggal. Dan meninggalnya sangat tragis.

Meninggal di tabrak pemiliknya sendiri. Cocok dibuat judul berita.

Baru setengah jalan menuju pintu, si Dimas berteriak.

"Ramaaa… mau kemana lo? Hari ini lo piket! Jangan harap lo bisa akalin gue hanya karena Puput!"

*****

"Nah… bagus, Kanjeng Rama. Yang bersih loh." Dimas sudah siap untuk pulang ke rumah. Dia sudah memakai tasnya yang dipakai di pundak sebelah.

"Oh ya, jangan lupa tutup semua jendela dan gorden. Kalau lo baik, hidupin lampu kelas juga."

Bacot! Dalam hati aku mengumpat.

"Oh ya, Kanjeng, yang bersih. Besok gue cek lagi. Kalau nggak bersih awas lo gue aduin-"

"Bacot!" Akhirnya keluar juga umpatan ini dari mulutku.

Dimas tertawa, tepatnya ketawa jahat. Kalau dia akan berbicara lagi, siap-siap sapu akan melayang tepat di mukanya.

"Yang ikhlas, Kanjenggg…"

Pletak!

"Gue sumpahin kucing lo ikut matiii…"

Buat apa berteriak. Yang diteriaki aja nggak ada. Aku menghembuskan nafas lalu mengambil sapu dengan malas.

Saat aku menunduk untuk mengambil sapu, sebuah kertas ikut jatuh. Mungkin tadi sapunya terkena meja jadi kertas itu jatoh.

Aku berniat untuk menyapunya tapi aku sudah kedarung membaca. Iya, setiap ada tulisan pasti mataku dengan reflek akan membaca.

Orang gabut macam apa ini? ucapku dalam hati.

Rahma & Rama (End, Complete) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang