68. One Day at School

19 3 0
                                    

Rahma

"Rahma…"

"Della? Ada apa?" Aku berusaha menyembunyikan rasa kesalku.

"Gue mau ngomong. Penting banget ini. Ayo ikut gue."

Plakk!

"Rahma… ngantin yukk!"

Liana tiba-tiba datang memukul tangan Della yang menggapai tanganku. Della kaget. Sedangkan Si Liana malah senyum-senyum di depanku mengambil alih tempat Della.

"Tapi aku mau ngomong sama Della dulu…" aku berbicara hati-hati.

Liana cemberut yang membuat wajahnya lucu. "Tapi kan kita udah laper. Ingat nggak apa yang kamu katakan tadi? Pelajaran selesai, langsung cus ke kantin."

Memang, tadi olahraga membuat menguras tenaga.

"Tapi-"

"Ayolah, Rahma…"

Aku menimbang-nimbang. Melihat wajah Liana dan Della yang menunduk dengan kedua tangan mengepal.

"Nanti aja ya, Del. Kalau gue udah selesai makan. Atau mau ikut ke kantin, sabi lah kita ngobrol sambil makan."

"Nggak, nggak usah. Makasih tawarannya, Rah. Tapi gue udah janji mau makan sama Kak Raihan!"

Entah mengapa tiba-tiba atmosfer di sekitarku menjadi tegang setelah Della menegaskan kalimat terakhirnya. Della menyunggingkan senyum miring, Liana yang kelihatan marah melalui kilatan matanya. Oke, mungkin aku akan terlibat sebagai tokoh figuran dalam cerita antara kisah cinta Liana, Della dan Kak Raihan.

Bagaimana ending cerita ini? Hanyalah Allah yang tahu.

_____

"Kamu ada masalah apa sama Della? Tadi kayaknya penting banget," tanya Liana disela-sela makannya.

Aku menelan satu bakso dulu sebelum menjawab. "Nggak ada. Makanya tadi aku penasaran. Tapi kalau kesal sama Della ada."

"Apa itu?"

"Inget nggak, dulu pas Sinta masang fotoku di mading? Dia itu tertawa, jadi dia itu kesannya kayak ikut mengejek aku- ikut kayak Sinta." Aku bercerita menggebu-gebu bahkan mengangkat sendokku ke udara.

Liana langsung menoleh ke aku. "Della itu emang jahat, Rah. Makanya jangan dekat-dekat sama Della." Dia sama sepertiku.

Masih dengan keadaan berhenti makan, aku meledeknya. "Bilang aja kamu ada masalah sama Della. Rebutan Kak Raihan kan pasti?"

Liana berdecih. "Cih! Della itu manis-manis busuk! Aku kira dia udah ngerelain Kak Raihan malah masih nempel-nempel. Sepet aku melihatnya!" Dia malah uring-uringan. "Dan kamu, Rah. Jangan ngeledek aku yang bucin sama Kak Raihan. Kamu juga bucin kan sama Rama. Bahkan dibela-belain ikut festival demi dapetin Rama."

Aku mengelak. "Eiyy… hati-hati ya kalau ngomong. Aku nggak bucin sama dia! Ya udah jujur, aku dulu ikut festival buat jaga harga diri aku. Nggak ada buat merjuangin dia, ihh… apaan."

Liana menunjuk aku dengan sendoknya. "Hati-hati kalo ngomong, Rah. Jadi bumerang lho. Kalo suatu hari nanti terjadi kebalikannya, aku yang paling awal dan depan tertawa!"

"Nggak bakal!"

Liana geleng-geleng lalu melanjutkan makannya, begitu pula aku. Mau makan saja tidak nyaman. Belum sendok yang berisi potongan bakso beserta kuahnya masuk ke mulut, seisi kantin berteriak histeris. Ada pula yang menyoraki mengujarkan kalimat kebencian.

"Astaga, Della kah itu?"
"Cih! Remahan rengginang macam Della berhasil buat Raihan terpana?!"
"Oke. Gue milih mundur alon-alon."

Belum selesai mendengarkan dengan khidmat apa yang mereka bicarakan, Liana melempar sendoknya ke mangkuk baksonya yang sudah kosong menimbulkan suara denting yang kencang. Arah fokusku pun teralihkan.

Rahma & Rama (End, Complete) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang