64. Impian yang Hancur

20 4 0
                                    

Rahma

"What?! Seriously?!" pekik Liana. Tak lupa, tangannya yang sebelah memukul meja dengan keras.

"Haduh, Liana jangan pukul-pukul dong. Ini perpustakaan, jangan buat berisik." Mbak Sarah memperingatkan. Seharusnya aku berpikir dua kali kalau mau ngobrol mengajak Liana. Kejadian seperti ini nih pasti tak luput terjadi. Aduh…

"Liana, reaksinya nggak usah berlebihan gitu deh." Bunga memukul lengan Liana. Liana nyengir.

"Ya maap. Reflek, Bung, reflek. Gimana bisa kamu menerima tantangan Sinta?" tanya Liana to the topic, "Sinta itu perwakilan violis dari Indonesia untuk lomba tingkat internasional! Keterampilannya nggak usah ditanyain. Pasti lah penampilannya bagus. Apalagi Sinta pernah masuk orkestra terkenal yang ada di Swiss, sebelum dikeluarkan…" suaranya melemah di akhir.

Aku menghela nafas, "iyaa aku tahu, Li. Tapi saat itu aku nggak mikir sejauh itu. Apalagi Sinta ngebujuknya dengan cara merendahkan diriku. Ya pasti diiyakan dong, siapapun itu."

"Ya udah. Kamu udah terlanjur nerima tantangan Sinta. Dibatalkan bisa kan? Pake alasan mau fokus belajar mau kelas dua belas kan bisa, Rah," saran Bunga yang langsung aku jawab gelengan.

"Nggak! No way! Harga diriku bisa tambah anjlok kalau ngebatalin. Sinta pasti mau olok-olok aku lagi kalau tiba-tiba ngebatalin. Dah kenyang makan olok-olokannya"

Liana menyender sambil menghela nafas. "Kalau gitu ya kamu hadapi Si Sinta."

Aku ikut melakukan seperti Liana. "Ya udah emang seharusnya gitu. Doain yaa biar aku menang?"

Liana menepuk-nepuk pundakku menenangkan. "Semoga masih selamat hidup kamu, Rah. Aku dan Bunga yang nggak tahu apa-apa tentang musik klasik hanya bisa ngirim doa."

"Tapi kita selalu ada buat kamu kalau ada apa-apa. Kita selalu ngedukung apa yang kamu pilih kok," tambah Bunga.

"Iyaa, Rah. Apapun yang kamu putuskan pasti yang terbaik. Kita cuma bisa mendukung dan menemani. Semangatt!"

*****

Festival Seni Tahunan. Festival dengan berbagai macam seni. Seni rupa, musik, tari dan teater diperlombakan dan dipentaskan. Setiap seni dibagi berbagai kategori.

Lomba seni musik dibagi menjadi tiga. Pertama, lomba menyanyi yang dibagi lagi, yaitu Single dan band. Kedua, lomba musik klasik. Lomba ini satu orang memainkan salah satu musik klasik dari Eropa menggunakan biola, violin, atau piano.

Nah, peraturannya. Setiap orang harus mengikuti lomba hanya satu kategori. Tidak boleh mengikuti lomba kategori lainnya. Contohnya aku. Aku sudah mendaftar lomba kategori musik klasik, jadi tidak boleh mengikuti lomba menyanyi yang band ataupun Single.

Seseorang yang sudah mendaftar berarti sudah masuk peserta. Bagi lomba band, sebelumnya harus mendaftar agar pihak penyelenggara festival dapat memilih band yang terbaik dengan cara menyeleksi kemampuan bermainnya. Band yang mendaftar harus mengirimkan sebuah video yang berisi penampilan band tersebut. Setelah pihak penyelenggara memilih, baru besok melakukan pendaftaran registrasi bagi yang diterima.

Band kami, Harmonist diterima.

Band yang terpilih tidak boleh membatalkan atau harus membayar denda. Seorang seni tidak boleh labil. Jika dia sudah deal, tidak ada yang namanya menjabut persetujuan.

Sedangkan aku hanyalah gadis yang masih SMA. Masa-masanya anak masih labil kan.

Aku harus pergi menemui Rama yang sudah menunggu di parkiran. Sudah lima menit aku stay di kelas memikirkan alasan apa yang harus kukatakan padanya. Masak aku blak-blakan berkata, "gue nggak ikut band lagi soalnya diajak Sinta tanding…" ya kalik.

Rahma & Rama (End, Complete) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang