28. Nomor WhatsApp

26 2 0
                                    

Assalamu'alaikum

Happy reading

****


Hari ini adalah hari pertama PAS. Jadi aku tidak sebelahan dengan Liana. Ketiga temanku berada di ruang 1 yang berada di kelas XII IPA 1, sedangkan namaku yang berawalan R, berada di ruang 2 kelas XII IPA 2.

Aku seruang dengan kelas XII IPA 1. Entah bisa disebut keberuntungan apa kesialan. Dalam ruang 2 itu didominasi diisi siswa kelas XII IPA 1. Sedangkan siswi kelas XII IPA 1 hanya 5 orang!

Untungnya aku sebangku dengan cewek. Namanya kak Revana. Tapi aku dengar kakak kelas ku ini tomboy. Ternyata setelah kulihat benar. Dia masih memakai rok sepeti yang sekolah anjurkan, rambutnya selalu dikuncir asal-asalan. Dan diperkuat dengan suaranya yang berat dan dia selalu memenangkan lomba pencak silat.

Dan sialnya, aku diapit dengan cowok cowok. Bangku depan dan belakang adalah cowok. Bangku samping pun.

Bangku depan yaitu Kak Alif. Aku baru tau jika nama depannya ada inisial R. Entah apa namanya. Belakang ku diisi dengan Rama.

Sejak tadi pagi, mereka berdua selalu memancarkan aura permusuhan. Sorot mata keduanya tidak santai, melainkan sangat tajam. Itu yang membuat aku tidak fokus sampai sekarang, kak Alif kadang-kadang menengok ke belakang dengan matanya yang tajam dan raut muka yang datang.

"Rah, Lo tau nggak kenapa mereka kayak musuhan gitu?" tanya kak Revana sebelum dimulai ulangan. Dia nampaknya juga terganggu dengan mereka berdua.

"Aku nggak tahu, kak. Kakak tahu?" Saat itu pengawas belum masuk ke kelas.

Kak Revana membisikkan di telingaku yang membuatku tak fokus sampai aku mengerjakan ulangan saat ini. "Mereka berdua kayaknya suka sama lo."

Aku menghentikan membaca soal cerita. Di pikiranku hanyalah berisi perkataan kak Revana tadi.

Fokus Rahma, fokus…

Brakk

Kak Alif meletakkan kertas absennya ke meja kak Revana dengan keras. Semua mata memandang ke arah ku. Kak Alif sempat melihat wajah kebingungan ku tadi, lalu menggulir ke belakang. Ke arah Rama.

"Betul kan, Rah. Mereka berdua ini suka sama lo," bisik kak Revana.

"Ish… apaan sih kak." Kak Revana hanya terkekeh geli.

"Alif itu jarang tingkah kayak gini. Tingkahnya keliatan banget kalau dia suka sama lo!"

"Rahma! Revana! Kenapa bisik-bisik?! Kerjakan ulangan kalian masing-masing! Apa mau mengerjakan ulangan di ruang kepala sekolah?!" Suara menggelegar itu berasal dari arah depan. Pengawas hari ini gurunya laki-laki, terkenal killer lagi. Aku tidak mengenalnya, guru itu mengajar kelas XII.

Aku dan kak Revana langsung menatap kertas ujian masing-masing. "Nggak apa-apa pak kalau saya mengerjakan di ruang kepala sekolah. Kan adem ada AC nya."

Seisi kelas langsung tertawa karena perkataan kak Revana. Aku hanya menatap takjub padanya. Berani sekali dia. Atau mungkin dia udah terbiasa bertingkah seperti itu di kelasnya. Untung pintar.

Guru itu geleng-geleng. "Revana Ananda Bella! Ini ulangan akhir semester, jangan anggap ini ulangan harian seperti di kelas kamu. Apa mau bapak hafalkan tabel periodik hah?"

Kak Revana yang semula menulis langsung mendongak. "Pak, kenapa dibilangin di sini! Ah bapak jahat. Dosa tau menyebar aib orang lain.".

Ternyata kak Revana belum hafal tabel periodik. "Makanya kerjakan dengan benar!"

Rahma & Rama (End, Complete) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang