40

1.9K 398 88
                                    

[disarankan menggunakan background putih]

Bel sekolah berbunyi, disusul debuman buku yang ditutup keras-keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel sekolah berbunyi, disusul debuman buku yang ditutup keras-keras. Suara-suara alat tulis yang ditata, diselingi obrolan dan tawa siswa, lalu diakhiri derit kursi jadi melodi tersendiri di tengah aktivitas gue. Di saat yang lain udah siap-siap pulang, gue masih berusaha nyelesaiin catetan. Gue cuma nggak mau punya tanggungan waktu sampe rumah gara-gara kelalaian gue sendiri.

Ya, bisa dibilang tadi gue ketinggalan pelajaran. Gue bukannya nggak merhatiin. Gue nyimak, tapi tiba-tiba aja suara guru di depan gue jadi samar-samar, terus pandangan gue jadi putih bersih. Blank. Pikiran gue terbang gitu aja. Begitu nyadar, papan tulis udah penuh. Berakhirlah gue yang kayak gini.

"Jinju-ya," panggil Eunji yang udah berdiri di samping meja dan bikin bolpoin gue menggantung di udara. "Belum selesai?"

Kepala gue terangkat, memandangi Eunji yang udah menenteng tas. Gue lantas mengangguk sambil merengut sebagai balasan atas pertanyaannya.

"Gue duluan, ya? Gue disuruh balik cepet soalnya," jelasnya yang memang udah bersiap pergi.

"Santai. Lo duluan aja," balas gue sambil melempar senyum, mengisyaratkan kalau kepergiannya lebih dulu bukan masalah.

"Oke deh. Kalau gitu, besok kita bersihin bareng-bareng lagi. Biar enak dilihat."

Senyum gue berubah hambar begitu mendengar perkataan Eunji. Gue lantas menggeser sedikit buku catatan yang ada di atas meja, memperlihatkan sesuatu yang sengaja gue tutupi sejak mulai pelajaran. Sisa-sisa tinta hitam itu. Goresan itu. Beberapa masih tercetak jelas di sana.

"Ah, iya," jawab gue sekenanya dan kembali mengangkat kepala. "Makasih, Eunji-ya."

Eunji mengangguk.

"Oke, gue pulang dulu. Dah, Jinju," pamitnya seraya melambaikan tangan, lalu pergi dengan langkah ringan.

"Hati-hati di jalan," seru gue, lalu kembali berhadapan dengan buku catatan.

Bolpoin udah ada di atas kertas, tapi gagal fokus. Pandangan bergeser. Mau gue abaikan berapa kali, tulisan itu tetap akan di sana. Gue mengembuskan napas, nenangin diri. Gue beruntung punya Eunji, Renjun, Jeno, dan Jaemin di sini, mereka lah yang bantu gue bersihin segala kekacauan tadi. Memungut kertas-kertas dan menghapus coret-coretan.

Nggak cuma bantu gue secara fisik. Kehadiran mereka juga bikin mental gue nggak langsung jatuh, apalagi terjun bebas. Mereka bikin gue nggak ngerasa sendiri dan tersudutkan.

Jujur aja, gue shock. Seumur-umur, gue belum pernah dapet ginian. Tulisan-tulisan itu jelas nunjukin rasa nggak suka yang ditujukan ke gue. Ya, mau gimana pun, gue tetep bisa baca. Sebenernya, tadi gue berniat baca tulisan itu satu-satu. Simple, karena gue penasaran. Tapi ... Renjun ngehalangin gue.

Reloading | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang