55

1.3K 197 21
                                    

[disarankan menggunakan background putih]

Donghyuck berdiri di depan, mengintip ke lantai dasar rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Donghyuck berdiri di depan, mengintip ke lantai dasar rumah. Sayup-sayup, gaduh denting alat dapur terdengar. Aroma harum rempah-rempah tercium⸺mengundang rasa lapar. Seseorang sedang memasak di bawah sana. Setelah cukup melihat, Donghyuck berbalik menghadap gue yang merapat di dinding. Dia tampak membeku beberapa saat.

"Eomma udah pulang," ucapnya tertegun, setengah nggak percaya, sedangkan gue menengak ludah. Perasaan cemas seketika muncul dalam diri.

"Lo yakin, tadi eomma masuk kamar?" Tanya Donghyuck mulai terlihat panik.

Menggeleng lemah, gue menjawab, "Gue nggak lihat jelas, tapi kayak eomma."

Donghyuck menarik napas, lalu tiba-tiba meraih bahu dan memeluk gue. Mengerti akan perasaan cemas yang juga muncul dalam benak Donghyuck, gue membiarkannya beberapa saat.

"Eotteokhe?" Lirih gue semakin larut dalam kekhawatiran. "Apa gue balik aja ke kamar?"

Donghyuck menggeleng, melepas pelukannya, dan berkata, "Jangan. Kita ke bawah aja."

"Kalau eomma mikir kita ngapa-ngapain gimana?"

"Gue emang ngapa-ngapain lo semalem," sahutnya terdengar amat polos.

Gue terkekeh.

"Lo cuma nyosor gue. Gue juga balik nyosor elo," kilah gue sambil nunjuk Donghyuck dan diri sendiri bergantian.

"Bahasa lo ada yang enak dikit nggak?" Sungut Donghyuck memasang tampang geli.

"Oke, ciuman. Cuma ciuman. Udah itu aja," koreksi gue angkat bahu, berusaha mencairkan suasana.

"Tsk," decak Donghyuck, lalu memijit pelipisnya. "Ciuman semalem itu beda."

Gue menarik napas, mengingat kejadian semalem seketika bikin suhu badan gue naik satu angka. Bibir penuhnya yang mengecup lembut bibir gue sukses bikin dada gue sesak. Untung, gue nggak hilang akal.

"Tapi, lo nggak kebablasan," balas gue membela dirinya. "Gue minta lo berhenti, lo berhenti. Lo nggak maksa gue."

Donghyuck menarik salah satu sudut bibirnya⸺mendengus.

"Gue nggak mungkin maksa lo, lah. Emang gue cowok apaan?" Sungut Donghyuck sambil bersedekap. "Ya udah, ke bawah sekarang. Gue males main petak umpet."

Donghyuck lantas jalan lebih dulu, langkah lebarnya cukup bikin gue kewalahan buat ngikutin dia. Menuruni tangga sambil mengatur napas, gue mempersiapkan mental buat berhadapan sama eomma Lee.

"Kalian udah bangun?"

Suara lembut perempuan paruh baya itu hampir bikin gue menahan napas. Kata 'kalian' yang terlontar dari bibir eomma cukup bikin gue sadar kalau eomma emang udah tau kehadiran gue di sini. Mengulum bibir, gue memerhatikan eomma yang menata beberapa piring di meja makan. Gue melirik-lirik ragu pada Donghyuck, nggak berani membalas pertanyaan eomma yang gue pahami sebagai basa-basi.

Reloading | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang