46

1.3K 282 34
                                    

[disarankan menggunakan background hitam]

[disarankan menggunakan background hitam]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nggak mau bonceng gue?"

Terhenyak, jemari gue yang baru selesai mengaitkan helm yang dipakai Donghyuck jadi membeku di tempat. Saling bertukar pandang, Donghyuck menatap gue penuh harap. Melirik sebentar ke sisi lain garis start, gue lihat Jaemin dan Nami yang udah bersiap. Tadi gue sempet lihat Nami bujuk Jaemin buat boncengin dia. Mungkin gadis Kim itu penasaran gimana rasanya balapan.

Memanyunkan bibir, gue berpikir. Apa Donghyuck mengharapkan hal yang sama? Dia mau gue ikutan? Dia mau boncengin gue?! Yang bener aja?! Padahal kayaknya malah ngerepotin, kan?

"Ju-ya?"

Sadar gue tinggal ngalamun, Donghyuck mendesak jawab dari gue. Menelusuri sejenak lekuk wajah tampan Donghyuck di balik helm beberapa detik, gue mendengus lemah. Gue bukannya nggak mau, gue cuma⸺

"Ju-ya?"

"Nggak," sahut gue sambil menggeleng lemah. Aish, gue terlalu banyak ngalamun sampe dia harus manggil gue dua kali. "Gue di sini aja, Chan-ie," tolak gue sehalus mungkin.

Kedua manik almond milik Donghyuck perlahan memicing dan jatuh tepat di iris gue.

"Chan-ie?" Ucap Donghyuck pelan mengulangi akhir kalimat gue dengan alis bertaut, kayaknya kaget banget.

"W-wae?" Sahut gue bingung.

"Chan-ie?" Ulangnya dengan sedikit penekanan, menyiratkan raut meminta penjelasan. "Sejak kapan? Gue?"

Menenggak saliva, bola mata gue berputar liar. Menyadari kalau gue belum pernah manggil dia kayak tadi secara langsung. Apakah itu terlalu akrab? Apa terdengar jelek? Apa dia nggak suka?

"L-lo nggak suka?" Tanya gue gugup sambil menautkan alis. Harap-harap cemas.

Kedua mata Donghyuck menyipit dengan sudut mengerut. Dia tersenyum. Detik berikutnya, ia menepuk-nepuk lembut puncak kepala gue. Bola mata gue perlahan membulat, terperangah.

"Terserah lo aja," ucapnya, masih dengan binar mata yang cerah. Mengerjap, gue berusaha menganalisis situasi. Dengan respon Donghyuck itu, bisa gue artikan kalau dia nggak keberatan dengan panggilan tadi. Ah, syukurlah. Lagipula, chanie terdengar menggemaskan buat bayi beruang kayak dia.

"Hati-hati," pinta gue mengakhiri interaksi kami di depan garis start.

Gue mengambil tangan kanan Donghyuck yang berada di atas kepala, menariknya hingga berada di depan bibir gue. Menggenggamnya sebentar, lalu melepasnya begitu Donghyuck mengangguk.

"Gue tau, ini bukan balapan serius. Tapi, hati-hati," ulang gue sekali lagi.

Gue lantas segera berlari menuju pinggir lintasan. Memerhatikan deretan motor yang berjejer itu menyalakan mesin, menimbulkan gelegar gema di seluruh sirkuit yang sepi. Sebuah motor retro yang dikendarai Mark terlihat mencolok dibanding yang lain, apalagi dia berbaris di bagian tengah. Entah kenapa gue menangkap aura leader terpancar dari dirinya di situasi kayak gini.

Reloading | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang