03

5.4K 955 505
                                    

[disarankan menggunakan background hitam]

Gue berjalan lambat sekitar dua meter jaraknya dari Donghyuck, masih mengekori pemuda itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue berjalan lambat sekitar dua meter jaraknya dari Donghyuck, masih mengekori pemuda itu. Entah mengapa, gue jadi ragu aja bakal diboncengin sama dia. Iya, gue akui, gue seneng. Cuma ... gue masih asing aja sama situasi seperti ini.

"Ju-ya, cepetan jalannya. Lelet banget, dah," seru Donghyuck yang sudah berdiri di samping motor.

Ju-ya? Dia manggil gue Ju-ya? Batin gue bertanya-tanya, karena seumur-umur nggak ada yang manggil gue Ju-ya.

Kening gue masih mengerut, sembari mempercepat langkah dan menghampiri Donghyuck yang sudah menaiki motornya.

"Elo manggil gue apa? Ju-ju-ya?" Tanya gue segera. Masih penasaran dengan panggilan yang asing itu.

Donghyuck mendengus, lalu berkata, "Elo mau gue panggil cewek gila lagi, hah?"

"Ya, enggak juga," jawab gue pasrah.

"Ya, udah. Cepetan naik," ajaknya tergesa-gesa.

Gue lantas mengambil helm yang masih nangkring di motor gue yang terletak di sebelah motornya. Selanjutnya, gue meraih bahu Donghyuck buat bantu gue naik ke motor sport merahnya.

"Pegangan," ucapnya sembari menoleh ke belakang. Gue lalu meletakkan kedua tangan gue di kedua sisi bahu Donghyuck. Namun, pemuda Lee itu masih tidak lekas menghidupkan mesin. "Elo tau pegangan, nggak, sih?"

Gue hanya menautkan alis gue, bingung. Emang seperti ini bukan pegangan?

Detik berikutnya, Donghyuck mengambil alih kedua tangan gue, yang otomatis menarik tubuh gue juga buat mendekat pada dirinya. Pemuda itu menuntun tangan gue buat melingkari perutnya. Hilang sudah jarak di antara kami.

Ini udah bukan pegangan namanya, tapi pelukan, Chan, protes gue dalam hati.

Aduh, sialan, ini jantung gue kagak bisa diajak kompromi dikit juga. Detakannya makin kencang aja, sampai gue takut Donghyuck menyadarinya.

"Deg-degan?" Tanya Donghyuck tiba-tiba sembari memamerkan senyum miringnya.

Aish, beneran, kan?!

Ketauan sudah. Sumpah, gue langsung memejamkan mata saking malunya dan disambut kekehan renyah Donghyuck. Setelah puas tertawa, pemuda Lee itu kemudian menyalakan motor dan membawa gue buat membelah jalanan. Hanya membutuhkan waktu lima menit, kami sudah tiba di markas yang terletak tidak jauh dengan sirkuit reload.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Reloading | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang