43

1.7K 351 94
                                    

[disarankan menggunakan background hitam]

[disarankan menggunakan background hitam]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue benci lampu temaram ini. Gue juga benci situasi ini. Kalau bisa, gue nggak pengen ada di sini. Berdiri kaku, bersandar pembatas besi teras gedung, dan menyilangkan kedua tangan di depan dada. Gue menatap datar seorang pemuda yang berdiri di sebrang. Nggak, gue nggak menatap langsung wajahnya⸺hanya ujung sepatunya. Entah karena gue takut atau muak melihatnya, gue nggak tau yang mana. Mungkin dua-duanya.

Gue tau, reaksi gue waktu pertama kali ngelihat dia di sini itu berlebihan⸺mungkin sangat. Gue juga heran, kenapa gue jadi punya panic attack kayak gini? Yang pasti, otak gue selalu nangkep sinyal bahaya dari dia. Dan, itu bukan salah gue! Dia lah yang bikin gue jadi kayak gini.

"Uhm ..., hey," sapa pemuda bernama Mark Lee itu, terdengar bimbang. Gue menenggak ludah begitu mendengar sapaan itu, lalu mulai mengusap lengan sendiri teratur.

"Jinju-ssi."

Gue masih membiarkan dia membuka mulut. Sementara, gue melempar pandang ke arah lain, tepatnya pada mobil Ford yang terparkir. Di sana, Renjun masih menyandarkan diri pada badan mobil. Dia beberapa kali melihat ke arah gue dan Mark, layaknya orang yang sedang mengawasi.

Jujur aja, ini masih mengejutkan gue. Sikap janggal Renjun beberapa saat lalu seakan terjawab sekarang. Gue masih nggak tau tepatnya yang dia maksud dengan 'gue tau yang lo alamin', tapi semuanya tertuju pada Mark. Intinya, kemungkinan besar, Renjun tau soal malam di parkiran sekolah itu.

Renjun ... Mark ... mereka sengaja bikin gue ada di sini. Renjun mau gue ketemu sama Mark. Tapi, kenapa? Kenapa dia biarin anggota 127 di sini? Bukannya Renjun nggak suka sama 127 SQUAD? Apa reload sama 127 baikan?!

Pelan-pelan, gue melirik pandang pada Mark, kali ini pada wajahnya. Hanya sebentar, tapi gue bisa lihat sebuah plester bening kecil menempel di tengah hidungnya. Mungkinkah itu luka yang diceritakan Taeil dan Jungwoo waktu itu? Donghyuck dan orang sialan ini beneran berantem? Kayaknya ini udah seminggu lebih, apa separah itu sampai dia masih pake plester? Apa Donghyuck mukul dia sangat keras?

"Gue tau, lo nggak suka ketemu gue, but I'm⸺" Perlahan, gue menaruh atensi pada sosok Mark yang berdiri sekitar tiga meter dari gue. Pemuda Lee itu sempat tertunduk, tapi ia akhirnya sorot mata kami bertemu. "I do really sorry for what I've done⸺to you."

Bibir gue meringis getir, hampir nggak mempercayai apa yang gue denger barusan. Mark ... minta maaf?

Haechan, lo percaya ini?! Batin gue seakan berbicara dengan Donghyuck dan kembali mengingat perkataan Donghyuck di Neo Zone tempo hari.

"Jinju, gue⸺"

"LO!" Potong gue segera seraya menatap tajam, kedua tangan gue mengepal erat. "Pengecut!"

Reloading | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang