51

1.1K 234 41
                                    

[disarankan menggunakan background hitam]

[disarankan menggunakan background hitam]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mandi."

"Mwo?"

Gue menyodorkan sebuah handuk bersih, sikat gigi baru, dan baju mendiang papa yang gue rasa ukurannya cocok buat badan Donghyuck. Sejak masuk kamar, pemuda Lee itu hanya terpaku di dekat pintu, enggan beranjak. Dari raut wajahnya terlihat gelisah, lucu sekali.

Mungkin, ajakan gue sebelum ke sini terdengar ambigu. Salahkan gue yang justru bertanya tadi. Lihat sekarang! Donghyuck malah jadi diem dengan raut setengah bengong ngelihatin barang-barang yang gue siapin buat dia.

"Badan lo bau," ungkap gue setelahnya.

Donghyuck agak tertegun, lalu mulai mencium ketiaknya sendiri. Dia mengerinyit, lalu menatap gue nggak percaya.

"Lo keringetan. Rambut lo lepek. Mulut lo juga masih bau alkohol," terang gue apa adanya.

Rahang Donghyuck sontak jatuh. Kedua matanya berkedip beberapa kali, kemudian mendekatkan ujung hidungnya kembali ke bahu.

"Kecut," ringis Donghyuck, lalu mangut-mangut bengo. Kinerja sel-sel di otaknya kayaknya lagi melambat gara-gara alkohol.

"Hm," deham gue, mengiyakan, sekaligus menegaskan.

"TERUS, KENAPA LO MAU PELUK GUE TAD⸺mmmph?!"

Membungkam mulut Donghyuck dengan telapak tangan, gue menatapnya tajam.

"Nggak usah ngegas, dong!" Hardik gue panik akibat lengkingan suara yang mendadak berdenging di gendang telinga. Donghyuck pun tanpa ba-bi-bu menghempas tangan gue asal.

"Ya⸺ya, kan, gue⸺" Donghyuck menarik napasnya. "Lo nolak, kek! Kasih tau gue, kek!"

"Kek, kak, kek, kakek kakek?"

"JU-YA!!!"

"Ya, kan, sekarang, gue udah bilang!"

"Telat!" Sentak Donghyuck, nggak terima. "Lo tau?! Harga di⸺argh, udahlah."

Donghyuck dengan cepat menyerah. Padahal, gue yakin, dia sebenernya lagi mau ngungkapin rasa malunya. Ia lantas merampas semua yang ada di tangan gue dalam satu kedipan mata. Ia membuang muka, lalu menyembik. Jelas, dia pundung sekarang.

"Ck," decak gue ikutan dongkol. "Nggak usah malu kali," jelas gue berupaya menenangkan. "Lagian, hidung gue udah terbiasa sama bau lo."

Donghyuck menoleh cepat dan melotot. Lidahnya melesak di pipi kiri.

"Jadi, gue bau?!"

Tersenyum kecut, kayaknya kata-kata gue malah membuatnya salah kaprah. Suaranya yang berujar rendah pun bikin nyali gue ciut.

"Bu-bukan itu maksud gue!!!"

Mengembuskan napas panjang, kayaknya gue justru memperkeruh persoalan sepele.

Reloading | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang