30

2.9K 564 581
                                    

[disarankan menggunakan background hitam]

[disarankan menggunakan background hitam]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari Minggu, sirkuit reload. Nggak seperti minggu-minggu lalu, tempat yang bisa menampung ribuan orang ini justru kini hanya dihuni oleh delapan orang, termasuk gue. Tempat ini nggak begitu terang, bahkan cenderung gelap. Hanya beberapa lampu saja yang sengaja dinyalakan.

Ada satu titik yang paling terang di sini. Itu adalah lapangan. Sebuah Nissan GT-R dan silver Ford Ranger Pre-runner terparkir manis di salah satu sudut. Sorot lampu kedua mobil sengaja dibiarkan menyala. Satu meja panjang, kursi-kursi, sofa, pemanggang, dan sebuah tong berbara api.

"Ju-ya, siniin dagingnya, dong," pinta Donghyuck.

Gue yang sedang ngeluarin bahan-bahan makanan yang barusan dibeli oleh Jaemin dan Nami pun segera mempersiapkan daging yang Donghyuck maksud. Begitu selesai membuka dan menata potongan-potongan samyeopsal, gue segera menghampiri Donghyuck di depan pemanggang.

Gue membantu memangang daging-daging itu. Sesekali, pandangan gue berkeliling, sekedar memerhatikan aktivitas temen-temen yang lain. Di depan gue, Nami, Chenle dan Jisung tampak sedang mengambil berbagai perlengkapan yang berada di bak belakang Ford. Mereka bertiga asyik menghias tempat ini dengan berbagai lampu dan bendera warna-warni. Lucu sekali.

Di samping kanan gue, Jaemin dan Renjun tampak mempersiapkan hidangan pendamping, ramyeon. Aroma harumnya berhasil menggelitik perut gue yang mulai lapar. Ah, pasti enak. Sementara, Jeno tampak mempersiapkan berbagai alat makan dan sesekali menyomot corndog yang teronggok di sudut meja.

"Ju-ya?" Panggil Donghyuck yang spontan bikin gue menoleh dan menghentikan keasyikan gue mengamati orang-orang. Donghyuck menggunting salah satu potongan daging, meniup-niupnya sejenak, dan⸺

"Aaa?" Instruksinya supaya gue membuka mulut.

⸺menyodorkan secuil daging yang berada di capitan itu pada gue.

Ada jeda sejemang, perputaran waktu terasa sedikit melambat.

"Ah, kecuali ... Haechan Hyung ngelepasin lo." Perkataan Chenle kemarin malem kembali terlintas di kepala gue.

Ini hari ke-tujuh. Apa lo inget ... Haechan-ah?

Gue menelusuri tiap inchi lekuk wajahnya dengan tatapan mata. Binar matanya amat cerah, begitu pula dengan rona wajahnya. Senyum di bibir plum-nya yang mungil itu ... sangat menyegarkan. Oh, Tuhan, adakah tombol pause di sini? Bisakah gue melihat senyum itu lebih lama? Bisakah?

Bodoh!

Kendalikan diri lo, Choi Jinju!

Bucin boleh, goblok jangan!

Gue mengembuskan napas pelan. Gue akan coba bersikap biasa aja dan berusaha menikmati waktu yang gue punya sekarang ini. Soal kesepakatan itu⸺

"Ju-ya? Aaa?"

Reloading | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang