37

2.4K 504 171
                                    

[disarankan menggunakan background putih]

Jari-jari dan sendi-sendi yang masih terasa kaku perlahan bergerak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jari-jari dan sendi-sendi yang masih terasa kaku perlahan bergerak. Berkedip, pupil gue berusaha menyesuaikan cahaya yang ada. Kelopak mata mengerjap beberapa kali hingga mendapati pemandangan yang amat familiar⸺langit-langit kamar. Kamar gue lebih tepatnya. Jam dinding di depan menunjuk angka lima.

"Eung ... lima? Lima apa?" Lenguh gue.

Kebingungan. Gue menoleh ke sembarang arah dan mendapati smartphone milik gue yang teronggok di atas meja pendek. Gue sontak mengambil dan menilik layar. Jam lima pagi.

"Ehm ... Selasa, ya?"

Gue segera beranjak, menyibak gorden dan membuka jendela. Mempersilakan cahaya matahari pagi dan udara sejuk memenuhi ruang pribadi gue. Udara segar yang masuk ke paru-paru dan embusan lembutnya yang membelai permukaan wajah membuat gue mengulas senyum tipis. Alam seakan tengah mengisi energi dalam tubuh gue. Meskipun ... entah mengapa pagi ini gue ngerasa kayak orang ling-lung.

"Kapan gue tidur?" Tanya gue bermonolog, lalu termenung sejenak.

Nggak ingin berlama-lama dalam kegelisahan dan berimbas terlambat berangkat sekolah, gue pun segera bersiap. Selama berada di kamar mandi, mengemasi buku-buku, dan memakai seragam, ehemmm, gue ngerasa nggak enak. Terlebih, kepala gue juga berulang kali terasa pening. Nggak parah memang, tapi perasaan nggak enak itu ... menggerogoti gue. Gue ngerasa seperti ada yang hilang ..., seperti ada yang⸺

"Gue kenapa, sih?"

⸺gue lupain.

Gue mendengus lemah, mencoba menepis perasaan nggak enak itu, dan langsung turun ke bawah menuju dapur. Mungkin, mood gue aja yang lagi nggak bagus hari ini. Rasanya sangat lelah. Gue akhirnya cuma ngambil beberapa lembar roti, daging, keju, dan selada. Sandwich buat bekal makan nanti siang.

"Sayang?"

Gue spontan menoleh, sedikit terkejut pada presensi mama yang tiba-tiba menghampiri.

"Kamu udah nggak papa? Kalau masih sakit, mama bisa ijinin kamu hari ini."

Terhenyak, gue membisu beberapa saat begitu mendengar penuturan mama. Alis gue bertaut, mencoba menelaah perkataan mama barusan. Ijin? Sakit? Gue?

"Kemaren⸺" Mama melanjutkan. Gue pun milih buat nyimak cerita mama. "Eunji ... Nak Haechan, sama satu lagi⸺" Bola mata mama bergerak ke kanan atas. Keningnya pun mengerut, sedang mengingat sesuatu. "Ren? Ren⸺siapa?"

"Renjun?" Sahut gue menebak.

"Ah, iya, Renjun!" Pekik mama lega kemudian tersenyum. "Mereka yang nganterin kamu pulang."

Hm? Nganterin pulang? Ngapain coba nganterin gue pulang? Bertiga pula! Kayak dikawal bodyguard aja. Tapi ... kok gue nggak inget mereka bertiga dateng ke rumah? Ini ada apa, sih? Gue masih nggak ngerti!

Reloading | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang