23

2.9K 587 327
                                    

[disarankan menggunakan background hitam]

[disarankan menggunakan background hitam]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lee Donghyuck. Dia adalah⸺

Gue menggeleng beberapa kali.

127 SQUAD.

Sesak. Kenapa sulit sekali udara masuk ke paru-paru gue?! Kenapa dada gue terasa sakit?! Kenapa rasa benci menjalar hebat di benak gue?! Kenapa gue enggak sanggup sekedar menatapnya?!

Sebut aja gue kepedean. Tapi, gue yakin, dia masih betah ngelihatin gue. Entah, tatapan seperti apa yang ia tujukan pada gue. Dibanding membalasnya, gue lebih memilih memandangi jaket balap yang gue genggam, merematnya kencang-kencang.

"Ju-ya?"

Dia memanggil. Detik itu, gue lempar jaket sialan itu ke arahnya. Dia mau jaket itu balik, kan? Jaket kebanggaan identitas anggota 127? Artinya ... kebanggaan dia juga, kan?

Bangsat!

Nggak ingin membuang waktu lebih lama, gue berlari, meninggalkannya. Buat apa gue melihat pembohong itu lebih lama?! Gue keluar dari rumah itu, lalu mengendarai motor gue.

Ini enggak bagus. Berkendara dengan perasaan bercampur aduk ini. Marah. Kesal. Terkhianati. Sangat enggak baik. Selalu ada dorongan untuk memutar gas lebih kencang, lebih cepat.

Ingin rasanya gue abaikan rambu ataupun kendaraan di depan. Tapi, nalar gue masih sehat. Gue enggak mau mati konyol. Aspal panjang ini mengingatkan gue pada sirkuit tadi malam, sembilan motor kuning, dan⸺

"Haechan."

⸺seorang yang berdampingan dengan Yuta. Seorang yang hampir merebut posisi Taeyong. Seorang yang sama-sama berjaket biru seperti Yuta. Orang yang dimaksud Taeyong bukan Doyoung. Dia⸺

Brem.

"Haechan?!" Pekik gue begitu mendapati sebuah motor yang mendadak muncul di sebelah.

Jaket biru dan motor kuning itu, menyamakan kecepatan. Gue melihatnya lagi. Nggak ingin melihat sosok itu lebih lama, gue segera mengalihkan pandang. Memicingkan mata pada aspal panjang dan memutar gas.

120 km/jam.

140 km/jam.

160 km/jam.

Belokan! Bersiap mengambil jalur cepat, gue menikung. Terlalu lebar, dia justru berhasil berada di jalur dalam dan hampir berada di samping gue.

"Jangan ikutin gue!" Jerit gue kesal, meski gue tau dia enggak bakal denger.

Semakin kencang gue melajukan motor, langit pun semakin gelap. Ke arah mana gue menuju? Gue udah enggak peduli. Beberapa kali, gue menghindari lampu merah, sekedar ingin lolos dari Donghyuck.

Argh, jalanan ini semakin sempit. Gedung-gedung tinggi telah hilang dari pandangan. Lagi-lagi, ia berhasil berada di samping. Kali ini, ia berhasil sedikit mencondong ke depan. Ia merapatkan diri, hampir membuat gue hilang keseimbangan. Sial, dia menepi, gue terpojokkan. Terpaksa, laju motor gue melambat.

Reloading | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang