34

2.6K 484 140
                                    

[disarankan menggunakan background hitam]

[disarankan menggunakan background hitam]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kya! Lee Haechan!"

Gue berteriak sambil mengikuti Donghyuck yang melangkah cepat.

"Haechan!"

Aneh.

Ini pernah terjadi sebelumnya. Déjà vu? Ya, semua seperti terulang kembali. Tepatnya, minggu lalu. Gue masih inget, gue yang teriak-teriak manggil sambil ngejar dia.

Argh, kenapa ini harus kejadian lagi?! Kenapa dia ninggalin gue lagi? Kenapa gue harus ngejar dia kayak gini lagi?! Aish!

Srak.

Langkah gue terhenti. Kepala gue terasa dua kali lebih berat dari biasanya. Tertunduk, gue menatap ujung sneakers gue kosong. Ini percuma. Donghyuck nggak mau dengerin gue. Ada apa dengannya?

Lo bodoh, Choi Jinju! Kenapa lo nggak cegah?!

Gue merutuki diri, menarik rambut putus asa dan mengacaknya kasar. Kenapa bibir gue mati rasa waktu Taeyong setuju Donghyuck ikutan?! Kenapa gue biarin hal itu terjadi gitu aja?! Kenapa gue bisa sebodoh itu?!

"Aish! Lee Haechan!"

Frustasi. Kepala gue pusing bukan main. Padahal, pertandingan bakal dimulai 15 menit lagi. Tapi, semua jadi kacau!

"Renjun!"

Seseorang berteriak, sepertinya suara Jaemin. Gue menoleh begitu mendengar suara langkah yang mendekat amat cepat. Huang Renjun. Dia berlari. Dia menatap gue sekilas, lalu melewati gue gitu saja kayak angin. Lee Jeno, Na Jaemin, Park Jisung, dan Zhong Chenle membuntuti.

Chenle yang berlari paling belakang memperlambat lajunya. Dia menatap gue cemas. Lipatan di keningnya tercetak jelas.

"Jinju ...," lirihnya begitu sampai di samping gue. Gue memiringkan kepala, mengisyaratkan tanya, ada apa?

Chenle nggak berkata apapun atau menanggapi pertanyaan non-verbal gue. Ia hanya berkacak pinggang dan mengatur napas yang berantakan. Ketika napasnya berangsur membaik, lagi-lagi dia menatap gue khawatir. Detik berikutnya, dia berlari, menyusul yang lain.

Ada yang nggak beres.

Gue pun memutuskan buat ngikutin anak-anak reload itu pergi. Tentu saja mencari tau sesuatu yang terasa ganjil ini. Mereka menuju paddock area khusus anggota reload yang berseberangan dengan paddock non-reload.  Setau gue, tempat itu adalah tempat yang steril dari pengunjung.

Brak!

Suara benturan keras terdengar dari dalam. Sontak, gue memperlebar langkah. Begitu sampai, kaki gue terasa sulit buat melanjutkan langkah. Terpaku.

"Hae-Haechan ...," ucap gue bergetar.

Gue hampir nggak percaya sama yang gue lihat. Donghyuck terpojok di dinding. Renjun. Si ketua reload itu pelakunya. Ia menekan Donghyuk, mendorong tangan kanannya yang masih menggenggam jaket balap dari Taeyong tadi ke dada Donghyuck.

Reloading | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang