36

2.5K 484 230
                                    

[disarankan menggunakan background hitam]

[disarankan menggunakan background hitam]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beranjak dari motor. Gue menegakkan tubuh yang sedikit demi sedikit kehilangan daya. Bertumpu pada sisi depan motor, gue menatap lemah CBR putih pemberian papa yang diguyur hujan. Gue mendongak, lalu memejamkan mata, sekedar meresapi titik-titik air dari langit yang membasuh
wajah.

"Maaf," lenguh gue seraya berkali-kali mencoba meraih oksigen yang semakin sulit dihirup.

Abu-abu.

Kejadian barusan terlalu cepat dan masih sulit buat gue cerna. Gue mencoba menstabilkan diri dan perlahan membuka mata, membiasakan pandangan di balik tirai air. Sorot mata gue turun. Tribun yang sebelumnya ramai itu udah sepi. Mungkin semua pergi begitu turun hujan dan hanya menyisakan satu-dua orang di sana.

Kenapa masih di sana? Sengaja nonton gue? Kekalahan gue?

Tertawa miris seraya tersenyum getir. Sesekali tersengal akibat sesaknya dada. Tatapan gue merangkak naik dan mendapati LED berjalan yang mengelilingi tribun. Di sana ... layar itu menyala, menampilkan kejadian tadi dalam versi lambat. Gue terbelalak, rupanya Nami merekam semuanya.

"Itu⸺"

Gue memicing, memperjelas pandang pada video yang diputar. Di belokan akhir, sebelum finish ... motor gue menikung tajam di sisi dalam. Taeyong berada sedikit di belakang gue. Tapi begitu berbelok, dia nyamain posisi dan lebih dulu ningkatin kecepatannya. Dia⸺

"Ah, gue beneran kalah," ungkap gue lemah, lalu kembali menertawakan diri sendiri.

⸺menyalip gue.

Memalukan!

Gue merutuki diri. Di saat gue sebenernya masih pengen ketawa gila, tiba-tiba aja bibir gue terkatup rapat, terbungkam. Video itu ... belum berakhir. Akselerasi yang dilakukan Taeyong memang sangat kencang, tapi itu nggak cukup, sebab dia⸺

"LO PIKIR, LO BISA AMBIL MOTOR GUE?!"

⸺bukan pemenangnya.

Gue sontak menoleh pada sumber suara yang diiringi rinai hujan. Itu adalah teriakan penuh kemarahan dari Taeyong. Pemuda itu melangkah tegas ke arah Donghyuck sembari merogoh sesuatu di balik jaketnya. Gue memerhatikan pergerakkan Taeyong dengan seksama. Debaran jantung gue semakin lambat, mata gue terbelalak begitu benda berwarna hitam muncul di tangan pemuda itu. Tungkai gue spontan hendak berlari menuju Donghyuck.

"HAECHAN!"

"HAECHAN!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Reloading | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang