28

3.1K 596 488
                                    

[disarankan menggunakan background hitam]

Jalanan Seoul mulai sunyi, tapi kota ini memang nggak pernah tertidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jalanan Seoul mulai sunyi, tapi kota ini memang nggak pernah tertidur. Gue dan Donghyuck udah berada di sirkuit reload. Sepi, hampir terasa nggak ada kehidupan. LED di atas gerbang dan di sepanjang tribun yang tempo hari bikin gue gondok, sekarang mati. Riuh suara pengunjung dan penonton balapan pun hilang entah kemana. Kabel-kabel besar dan tiang-tiang besi tampak masih berserakan di beberapa tempat.

Gue mengikuti langkah Donghyuck sembari mengendarkan pandang. Gue lihat, ada starting grid ala motoGP, lampu-lampu, dan rambu-rambu baru. Tapi, sorot lampu yang menyinari bagian tengah sirkuit lebih mencuri atensi gue, sebuah lapangan baru.

"Oh? Haechan Hyung?!" Kejut seorang pemuda tinggi yang menghentikan tungkainya mengejar bola. Dia adalah Park Jisung yang melambai-lambaikan tangan ke arah Donghyuck dan gue.

Donghyuck berlari, ninggalin gue, dan langsung ikut bergabung dengan anak-anak reload lainnya yang bermain bola. Kayaknya, Huang Renjun mengabulkan permintaan Donghyuck untuk bikin sebuah lapangan di tengah arena.

Ini lapangan serba guna. Tampak dari garis lapangan yang nggak hanya diperuntukkan untuk bermain futsal. Ada tiang basket pula, bahkan tiang-tiang yang bisa dipasang net untuk bermain voli atau bulu tangkis.

"Oper ke sini!" Seru Jaemin sambil mengayunkan tangannya.

Gue mengulas senyum dan memilih buat duduk di rerumputan yang mengitari lapangan. Keenam laki-laki anggota reload itu asyik mengoper bola. Senyum, keringat, bahkan umpatan yang sesekali melayang di udara menciptakan suasana yang menurut gue menyenangkan.

"Mulai terbiasa, Jinju-ya?"

Suara feminim tiba-tiba menyela keasyikan gue menonton. Gue menoleh dan mendapati Kim Nami yang udah duduk di sebelah.

"Oh, Nami-ya," sapa gue yang sedikit terkejut.

Ia menarik kurva ke atas.

"Gue denger, kalian mulai berteman," cetus Nami.

"Maksud lo?"

"Lo⸺" Nami menjeda kalimatnya, lalu beralih menatap ke arah lapangan. "⸺sama mereka."

Gue mengerjap, sedikit merasa asing dengan pernyataan yang dikatakan Nami. Sebuah ingatan beberapa hari lalu, di kala makan siang bersama Renjun, Jaemin, Jeno, dan Jisung terlintas. Suasana hangat sebuah lingkaran pertemanan. Pertama kalinya dalam hidup, gue nggak hanya bersama Eunji.

"Ya, meskipun elo belum sepenuhnya bagian dari kami di reload. Tapi, bagi gue, elo ... temen gue juga."

Kalimat yang dikatakan Jeno dua hari lalu pun berputar di kepala gue. Rasanya, menenangkan. Mengingatnya aja bikin gue senyum-senyum sendiri. Gue nggak nyangka, punya beberapa temen bisa semenyenangkan ini.

Reloading | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang