16

3.1K 587 288
                                    

[disarankan menggunakan background putih]

[disarankan menggunakan background putih]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sirkuit 127?"

Gue mengulangi perkataan Jung Eunji. Dia mengangguk mantap dan menatap gue intens. 

"Eunji-ya. Jinju-ya."

Eunji dan gue yang saling tatap sontak mencari sumber suara yang memanggil nama kami. Dia adalah Huang Renjun yang sedang menghampiri bersama Lee Jeno dan Na Jaemin dengan membawa kotak bekal.

"Eunji-ya, lo inget jawaban nomor tujuh?" Tanya Renjun begitu sampai di meja gue.

"Aish, nggak usah dibahas!" Hardik Jeno sambil menarik sebuah meja. "Datang, kerjakan, lupakan!"

Renjun yang hendak membahas ujian matematika tadi pagi dihalangi oleh Jeno. Gue terkekeh, pemuda Lee itu punya prinsip yang sama dengan gue saat menghadapi ujian. Datang, kerjakan, lupakan. Berbanding terbalik sama spesies homo sapiens pintar macam Renjun yang suka bahas jawaban ujian.

"Kalian mau ngapain?" Tanya gue sembari melihat Jeno, Jaemin, dan Renjun yang saat ini menyusun meja dan bangku.

"Makan siang," balas Jaemin begitu selesai dan duduk di hadapan gue.

"Kalian enggak makan di kantin?" Tanya Eunji yang merujuk pada kebiasaan mereka.

"Bosan," jawab Renjun, lalu duduk di dekat Eunji dan meletakkan kotak makannya.

"Hyung?"

Sontak, gue menoleh. Suara itu berada tepat di samping gue. Sorot mata gue naik dan mendapati manusia jelmaan tiang yang menarik sebuah bangku dan duduk di dekat gue, Park Jisung. Oke, jadi sekarang, Jaemin dan Jeno duduk di depan gue dan Eunji. Di sisi meja gue ada Jisung, sedangkan di sisi meja yang diduduki Eunji ada Renjun. Ada apa?

"Ini ada acara apa, sih?" Tanya gue sambil memutar pandang.

"Lo budek?" timpal Renjun. "Jaemin bilang, kita mau makan."

Makan bareng gue dan Eunji?

"Terus elo?" Tanya gue sambil nunjuk Jisung.

"Noona mau gue makan sendiri kayak jomblo ngenes?" Balas Jisung dan menatap gue malas.

Gue menggeleng seraya mengusap tengkuk yang enggak gatal, lalu berkata, "Bu-bukan gitu maksud gue."

"Jinju-ya," panggil Jaemin dan gue menoleh. "Kita berteman, kan?"

Gue terhenyak sambil menatap empat laki-laki yang mengelilingi gue. Sedikit aneh, selama ini, temen yang gue kenal dan punya hanya Jung Eunji. Tapi, sekarang ... mereka?

"Kalian bawa apa?" Tanya Eunji sambil menilik kotak bekal yang sudah dibuka. Berbagai olahan telur, daging, tahu, dan sayuran. Kami menaruh semua lauk di tengah, berbagi. Jadi, ini yang namanya lingkaran pertemanan? Ini ... lingkungan baru gue? Di sela-sela kunyahan itu, gue merasa⸺

Reloading | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang