14

3.1K 612 262
                                    

[disarankan menggunakan background putih]

Embusan udara siang itu terasa lembab, meskipun sang mentari masih kokoh di singgasananya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Embusan udara siang itu terasa lembab, meskipun sang mentari masih kokoh di singgasananya. Mata gue sesekali terpejam, menikmati perjalanan yang gue rasa udah sekitar dua jam berlalu. Sebenernya gue enggak tau, Donghyuck bakal bawa gue kemana dan ngasih hukuman apa. Entahlah, gue enggan untuk bertanya. Pikir gue, lebih baik gue diem daripada ngelihat wajah marah pemuda Lee itu yang nyeremin.

"Elo enggak ketiduran, kan?" Tanya Donghyuck sambil menilik sekilas ke kanan. Ya, saat ini gue sedang dibonceng dengan motor sport merahnya. Udah sejak tadi, gue bertopang dagu pada bahu kanan Donghyuck. Apa dia pegel, ya? Gue pun mengangkat dagu.

"Gue enggak ketiduran, kok. Pegel, ya?" Tanya gue.

"Enggak papa. Masih bisa gue tahan," jawab Donghyuck segera, kemudian ia menambah kecepatan dan otomatis membuat gue kembali memeluknya erat. Embusan udara terasa semakin kuat, berbau pekat asin, dan gue mendengar⸺

"Pantai?"

⸺deburan ombak.

Lima menit kemudian, motor Donghyuck melambat, dan berhenti di sebuah parkiran. Begitu turun dari motor, gue menatap jauh pada hamparan pasir di depan sana. Gue memejamkan mata, menghirup aroma khas pesisir yang menyejukkan.

 Gue memejamkan mata, menghirup aroma khas pesisir yang menyejukkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Buruan jalan," seru Donghyuck. Sontak, gue membuka mata dan mendapati Donghyuck yang sudah berjalan sekitar enam meter di depan.

Gue memanyunkan bibir, menggerakkan bahu gue manja, menjulurkan tangan kanan gue ke depan, lalu berkata, "Gandeng."

Donghyuck terdiam sejenak, menatap gue penuh arti, lalu seulas senyum merekah di wajahnya.

"Makanya, sini, dong," balas Donghyuck beberapa saat kemudian. Gue lantas berlari kecil ke arahnya. Begitu sampai di depannya, gue langsung menengadahkan telapak tangan kanan. Donghyuck kembali tersenyum simpul, kemudian meraih tangan gue dan menggenggamnya.

"Puas?" Tanyanya. Gue mengangguk mantap.

Detik berikutnya, gue dan Donghyuck berjalan beriringan menuju bibir pantai. Jantung gue sebenernya enggak tenang dan terus melompat-lompat digandeng kayak gini, tapi gue justru menyukai sensasinya. Kalau kayak gini hukumannya, mah, gue sering dihukum juga nggak papa.

Reloading | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang