59-3

1K 115 22
                                    

[disarankan menggunakan background hitam]

Petang itu mentari telah digantikan oleh nyala gelang kuning yang digunakan para pengunjung di sepanjang tribun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Petang itu mentari telah digantikan oleh nyala gelang kuning yang digunakan para pengunjung di sepanjang tribun. Sahut menyahut suara manusia datang silih berganti dari berbagai arah, sorak riuh kemudian terdengar begitu layar yang ada di beberapa titik menampilkan wajah para racer satu per satu, tanda balapan akan segera dimulai.

"Semua udah di paddock?" Tanya gue pada Nami yang baru saja masuk ke ruang observasi.

"Aman. Udah gue suruh mereka ke sana," balas Nami dengan penuh kelegaan.

"Ya udah, gue nyusul mereka dulu."

Gue lantas berlari, menyongsong segala kegugupan dan ketegangan. Namun, begitu berada di lorong menuju paddock, suasana hati gue berubah setengah lingkaran. Gue terhenti dengan mulut menganga bulat.

"EUNJI?!" Jerit gue nggak tertahankan pada detik berikutnya.

Bugh.

Punggung seorang laki-laki menghantam dinding, Eunji mendorongnya. Kedua mata gue terbelalak lebar, sedangkan sahabat gue itu berdeham canggung sesudah gue mendapatinya berciuman.

"J-Jinju?" Sahut pemuda yang ada di hadapan Eunji itu kaku kala gue menatapnya dari bawah ke atas, sementara wajah Eunji menjadi merah padam⸺menyiratkan rasa malu dalam dirinya. Demi kerang ajaib! Gue nggak nyangka bakal melihat mereka dalam satu bingkai pandangan mata, terutama mengingat laki-laki itu pernah nembak Eunji sebatas sebagai bahan candaan. Terlepas dari itu, gue turut bahagia.

"Chukae, Jeno-ya," ucap gue menggoda pemuda Lee itu, lalu memberi satu kedipan mata pada Eunji begitu gue melintas di antara keduanya. Kalau saja sekarang bukan waktunya tanding, pasti gue udah menginterograsi mereka berdua, hahaha.

"Jangan lama-lama," seru gue sebelum menghilang dari hadapan mereka.

Sesampainya di paddock tim reload, gue mendapati hampir seluruh anggota DREAM udah bersiap, lengkap dengan race suit yang menambah kegagahan mereka.

"Jeno hyung sama Haechan hyung mana?" Tanya Jisung sambil memakai sarung tangan.

"Bentar lagi ke sini," jawab Renjun sekenanya.

Di sisi lain, gue segera menghampiri Chenle, sebab gue masih sedikit menyimpan rasa bersalah padanya sewaktu uji coba kemaren. Waktu itu, gue belum nyampein perasaan nggak enak gue, tapi pemuda Zhong itu berbesar hati buat memaklumi gue. Dia bilang, gue nggak perlu minta maaf karena dia menyakini kritik gue didasari oleh niat baik.

"Chenle-ya," sapa gue sambil ngasih senyum penyemangat untuknya. "Lo siap?"

Chenle menarik napasnya, lalu berkata, "Siap."

Lengkungan bibir gue semakin lebar.

"Rencananya," lanjut gue menyampaikan sedikit instruksi. "Gue bakal keluarin lo pertama kali ke arena pas lap ketiga. Untuk kesempatan kedua lo keluar, kita lihat situasinya bareng-bareng nanti."

Reloading | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang