42

2.3K 433 120
                                    

[disarankan menggunakan background hitam]

Black pearl, salah satu kedai di pinggiran kota Seoul yang khas dengan menu mie ini tampak ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Black pearl, salah satu kedai di pinggiran kota Seoul yang khas dengan menu mie ini tampak ramai. Uap di balik bilik dapur itu terus saja mengepul tebal sejak papan bertuliskan buka terpajang di muka kedai. Mangkuk-mangkuk berisi mie saus pasta kacang kedelai hitam terus datang silih berganti. Aroma manis chunjang menguar dan menyebar hingga seluruh ruang.

Di hadapkan dengan berbagai pesanan, apron putih ini sudah kusut dan lusuh di beberapa sudut. Beberapa kali tetesan saus-sausan terjatuh. Kedua tangan mulai bergetar akibat lelah. Nggak ingin memperlambat kerja karyawan lain, gue akhirnya memilih buat ambil bagian membersihkan meja. Pekerjaan itu lebih mudah dan ringan dibanding menerima dan mengantar makanan.

"Jinju, bisa tolong bersihin meja satu, dua?" Perintah salah satu karyawan perempuan yang udah gue anggep kakak sendiri. Dia menunjuk meja yang dekat dengan pintu masuk.

"Oh, tentu, eonni," balas gue lantas mengangguk paham dan segera menuju meja yang maksud.

Hari Sabtu memang satu hari yang sibuk di kedai kami. Akhir pekan membuat rombongan keluarga kerap kali datang. Itulah sebabnya gue menyempatkan diri buat bantu mama di kedai. Ya, bisa dibilang itu sebagai penghematan dibanding mama mempekerjakan karyawan paruh waktu. Lagipula, melihat orang-orang menikmati makanan buatan kami jadi hiburan tersendiri bagi gue.

"Jinju?"

Gue terhenyak. Tangan gue yang sedang menata piring kotor terhenti. Agaknya, gue nggak begitu menduga suara yang familiar ini bakal muncul di saat kayak gini. Gue memutar badan dan mendapati seorang laki-laki berwajah manis melempar senyum pada gue.

"Renjun?"

Sudut bibirnya semakin mengembang. Ia lalu menghampiri dan duduk pada meja yang sedang gue bersihin.

"Sibuk?" Tanyanya seraya mendongak, lalu memandangi gue dari atas ke bawah.

"Sedikit. Bentar lagi selesai," jawab gue santai, lalu dibalas anggukan Renjun. "Mau jajangmyeon? Gue yang traktir."

Renjun nggak segera menjawab. Pandangannya berkeliling sejenak pada ruangan ini, lalu kembali pada gue. Ia menggeleng pelan, lalu berkata, "Nggak usah. Gue mau pesen sama bayar sendiri."

"Oke, terserah lo aja," balas gue. "Gue beresin dulu, ya."

Renjun mengangguk. Gue segera merapikan piring dan gelas kotor, lalu menerima pesanan Renjun. Karena ini menit-menit akhir gue selesai kerja, gue berinisiatif buat mengantar pesanan Renjun pula sebagai pesanan terakhir yang gue tanganin hari ini. Ya, sesuai janji gue sama mama buat bantu-bantu sampe jam tujuh malem. Akhirnya, semangkuk jajangmyeon, segelas ocha, dan beberapa hidangan pendamping, gue bawa di atas nampan.

"Sendirian?" Tanya gue begitu selesai menata pesanan Renjun di atas meja. Gue lantas duduk di depan pemuda Huang itu. Pemuda itu mengangguk, lalu mulai mengaduk mie. "Tumben. Ada apa?"

Reloading | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang