48

1.2K 236 22
                                    

[disarankan menggunakan background putih]

Kira-kira pukul satu, sang matahari berada di puncak tahtanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kira-kira pukul satu, sang matahari berada di puncak tahtanya. Ragu buat langsung keluar dari mobil, gue mengamati sekitar buat beberapa saat. Kerucut runcing biru dengan ujung keemasan kastil itu tampak menjulang tinggi. Lautan manusia yang datang silih berganti itu terlihat menyesakkan. Ah, kenapa gue lupa, ini hari Minggu?! Pantes aja rame.

Walau mood gue lagi kurang bagus buat keluar siang-siang. Bagai minuman penyegar di teriknya hari, rona ceria dari orang-orang seakan memercikkan kesejukan tersendiri. Balon berbagai warna dan bentuk yang dibawa anak-anak itu melayang-layang di udara. Nggak jarang, sejumlah pasangan cowok-cewek bergandeng tangan. Gelak tawa sesekali mengiringi langkah kaki mereka. Lotte World.

"Kamu ada kencan?"

Gue sontak menoleh begitu mama bertanya. Gue lantas melepas seat belt sebelum akhirnya menggeleng cepat.

"Bukan kencan? Kirain mama, kamu ke sini mau kencan sama Nak Haechan."

Sedikit tergelitik akan tebakan mama, gue menjawab, "Nggak, Ma. Kalau kencan pun, masak aku pake baju kayak gini."

Merentangkan kedua tangan, nunjukin betapa cueknya penampilan gue sekarang. Bermodal kaos putih, jeans pendek plus sling bag, gue keluar rumah. Berhubung cuaca panas banget, gue sempet pake sunblock sama nguncir rambut. Mengangkat sebilah alis, gue menegaskan kalau penampilan gue sangat nggak menunjang buat bisa jalan sama cowok saat ini.

"Loh, emang kenapa?" Tanya mama sok heran.

"Ya, nggak cocok, Ma," jawab gue gemas. "Kalau nge-date tuh, dandan yang cantik! Seenggaknya biar nggak malu-maluin Haechan kalau jalan bareng aku."

Mama melempar senyum sama gue.

"Mama yakin, kok. Kamu pake baju apa aja. Dandan apa enggak. Haechan tetep mau jalan sama kamu."

Blush.

Gue rasain kedua sisi wajah yang memanas. Aduh, gawat! Bisa merah-merah kalau gini caranya! Kenapa mama pake ngomong manis banget, sih?! Lagian, ngapain mengatasnamakan Haechan segala. Padahal jelas-jelas, orang yang dimaksud mama itu bukan Haechan, tapi mama sendiri.

Haechan mana ada nerima apapun penampilan gue? Dia aja pernah sepihak motong rambut gue? Jadi, jelas jawabannya enggak. Dia benci rambut panjang gue. Ah, maja, dia juga benci kalau gue pake crop top. Padahal perut gue kelihatan cantik, tuh. Haechan aja yang nggak suka.

"Kok diem?"

"Malu tau!" Cicit gue, lalu manyunin bibir.

"Kenapa malu? Anak mama, kan, cantik."

Mama lantas tergelak begitu gue menyembik sebal sambil banting punggung. Tapi, rona wajah cerah dan senyum lebar di wajah mama itu ... entah dengan apa alasannya bisa nyejukin batin gue. Sedikit meluluhkan hati, gue akhirnya membalasnya dengan senyum tipis.

Reloading | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang