[disarankan menggunakan background hitam]
Aspal basah dan sorot lampu kendaraan itu berkilau-kilau bak pantulan berlian dibalik tirai air. Mencoba meresapi segala suasana yang ada, gue bisa katakan kalau sekarang adalah malam sejuk diiringi raungan halus Audi yang membelah jalanan kota Seoul. Sekitar sepuluh menit dari tempat kami berangkat, laju mobil yang gue tumpangi mulai nurunin kecepatan. Menilik jendela, kami udah memasuki deretan rumah yang tampak senyap. Pancaran redup dari bola-bola pelita jadi satu-satunya pengirim sinyal kehidupan.
"Makasih, Hyung," ujar Donghyuck begitu mobil terhenti. Mark menggangguk ringan. Donghyuck yang duduk di samping pengemudi lantas menoleh ke belakang. "Ju-ya, kita turun."
Donghyuck mengambil payung, lalu keluar lebih dulu menerjang hujan. Donghyuck membuka pintu di samping, gue lantas menyambar tas. Rangkulan Donghyuck jadi penyambut diri kala turun dari mobil, merapat supaya nggak terkena guyuran air. Begitu gue menempel padanya, Donghyuck melambaikan tangan pada Mark. Selang sebentar, Mark menancap gas dan pergi dari hadapan kami.
"Pegang," pinta Donghyuck begitu berada di depan gerbang, sementara gue segera mengambil alih gagang payung. Donghyuck membuka gembok dan gerbang, lalu kembali menuntun gue sampai di muka rumah.
"Nginep dulu, nggak papa, kan? Nanti kabarin mama," tutur Donghyuck sambil menepuk-nepuk sisi lengan gue yang terkena sedikit tetesan air. Agak nggak menduga tawaran Donghyuck, gue mengusap-usap lengan yang kedinginan.
"Hacih!"
Cicitan pelan gue akibat bersin itu sedikit menorehkan lengkungan di bibir Donghyuck, meskipun gue bisa lihat manik matanya sebenarnya tengah menatap lesu⸺terlihat kelelahan. Gue nggak tau pasti apa aja yang udah dia lalui seharian, tapi kayaknya kami sepakat bahwa hari ini bukan hari yang baik buat kami berdua. Menghela napas sejenak, gue ngangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Donghyuck sebelumnya.
"Permisi," lirih gue begitu menapaki bagian teras rumah yang gelap. "Nggak ada orang?"
"Eomma lagi ke luar kota," sahut Donghyuck yang bikin gue menoleh cepat.
"Adek lo? Appa?"
"Gue belum cerita, ya?" Donghyuck justru nanya balik, tapi masih melanjutkan. "Appa tinggal di Jeju. Adek gue ikut appa. Dia lebih suka sekolah di sana."
Tunggu.
Dia sendirian di rumah?
Terhenyak beberapa saat, gue agaknya menyesali keputusan buat turun dari mobil tanpa mikir kalau gue bisa minta tolong Mark buat nganterin pulang. Kenapa gue nurut-nurut aja waktu Donghyuck minta gue keluar mobil? Kenapa gue nggak nanya dulu di rumah dia ada keluarganya apa enggak? Kenapa gue barusan main iyain buat nginep, gila? Bodoh! Apa gue pesen taksi online aja buat pulang sekarang?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Reloading | Lee Haechan
FanfictionSeluruh jalanan Seoul tidak mungkin tidak mengenal seorang Lee Haechan. Sang penguasa kecepatan dan hati siswi bernama Choi Jinju. --- Cast : Lee Donghyuck × NCT Dream × NCT 127 × OC Genre : Action, school life, and fluff Rated : 16+ Non-baku Season...