52

1.1K 226 17
                                    

[disarankan menggunakan background putih]

[disarankan menggunakan background putih]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana di bus lumayan rame berhubung waktu yang mendekati jam masuk sekolah dan kerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana di bus lumayan rame berhubung waktu yang mendekati jam masuk sekolah dan kerja. Agak berdesakan, gue nggak dapet tempat duduk. Mungkin kalo hari biasa gue bakal menggerutu sebal, tapi enggak buat sekarang. Suasana hati gue justru sangat baik. Sejak dini hari, gue semangat bangun lebih awal buat nyiapin bekal. Yup, walau cuma sekedar candaan, gue beneran bawain makan siang buat Donghyuck.

Beberapa menit senyum-senyum sendiri, semoga aja nggak ada orang ngelihat dan ngatain gue kurang waras. Menilik jendela bus, gue udah mau sampe tujuan. Nggak lama, laju bus melambat, dibarengi suara derit ban. Gue lantas turun dan menapaki trotoar. Tadinya, aktivitas berangkat sekolah ini nggak ada yang spesial alias biasa aja, hingga gue melihat sosok pemuda bertubuh jangkung yang berdiri di ujung halte.

Agak terhenyak begitu tatapan kami bertemu, gue melangkahkan kaki. Laki-laki itu, masih segar di ingatan gue. Seorang pemuda ramah yang gue jumpai di sirkuit 127. Sosoknya yang terbilang good looking itu cukup menyedot perhatian beberapa siswi yang baru saja turun dari bus. Mereka saling berbisik, hingga cukup berani buat mencuri pandang. Sementara, gue malah dibuat menenggak ludah.

Gue bingung. Gue nyapa nggak, ya? Rasanya, aneh banget kalau gue nyapa orang yang kayaknya cukup deket sama Taeyong. Walau sekarang gue bisa menilai kalau 127 SQUAD nggak seburuk yang gue kira, tapi hawa dingin seakan masih melingkupi komunitas balap terbesar di Seoul itu. Mungkin, lebih baik gue pura-pura nggak ngenalin dia dan terus jalan kayak biasa. Toh, kami cuma ketemu sekali, anggep aja gue lupa.

"Nggak punya tata krama?"

Menenggak ludah, sebuah suara yang menyapa gendang telinga bikin gue terperanjat. Itu jelas adalah suara dia, gue inget. Dia nggak ngomong sama gue, kan?

"Jinju-ssi?"

Andwae!

Dia ngomong sama gue?! ADUH, GIMANA, NIH? Terpaku, gue mendelik panik dan pelan-pelan noleh ke arah si pemilik suara.

"Siapa?" Tanya gue sambil miringin kepala, berlagak nggak kenal. Jujur aja, bersitatap sama dia kayak gini bikin gue gelisah. Pasalnya, mau gimana pun juga, gue kenal sama dia.

Reloading | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang